YOUTH FOR THE FUTURE

SELAMAT DATANG DI BLOG PMR UNIT SMPN 18 KOTA BOGOR

Rabu, 27 Januari 2010

KARYA MEDIA KREASI KELOMPOK I EDISI I BULAN JANUARI 2010

Bahagiaku..
Ku tak menyangka semua ini terjadi
Semua datang tak ku duga
Rasa ini membuatku bahagia ..
Ku harap semua kan abadi kan ku jaga hingga ku mati sampai ku tau apa arti semua ini ..
Tuhan..
Ku ucapkan terimakasih untukmuku kan bersyukur atas karuniamu atas kesempatan yang kau berikan
Bahagiaku..
Rasa ini membuat aku bahagia membuat ku terbang hingga ke langit tak lelah ku memandangi
Indahnya takan tergantikan walau 1000 rintangan menghadang biar orang berkata apa tapi, aku akan tetap bahagia…..
Karya

Bunda….

Oh… bundaku…
Kaulah yang selalu hadir untukku setiap aku memerlukanmu kau selalu ada di sampingku saat ku sedih dan senang pun kau selalu menghiburku bunda kau selalu menyayangi anakmu kau juga mengajariku untuk menyayangi siapapun dan kaulah yang melahirkanku dengan susah payah
Sekarang aku sudah ada disini aku selalu menyusahkanmu dan aku juga selalu membantah semua nasehatmu..
Bunda.. sekarang aku akan membuatmu senang dan aku tidak akan membantah nasehat2 mu lagi
Oh bunda…
Terimakasih engkau telah melahirkanku ..
Bunda… aku menyayangimu….

Gamelan dikala senja

Kutau engkau rindu padaku wahai penghibur hati seiringnya burung-burung pemakan padi….
Dan hembusan angin di gunung timur..
Oh..indahnya sore itu ratapan awan mengucur gerimis hingga semua pamit diri bersembunyi dibalik kancing senja tidur untuk esok hari namun terdengar alunan merdu ku saksikan penghibur generasi mencabik alat music kayu.
Member arti ”ayo kembali tidur”
Oh….malam telah menjanjikan senja kembali dalam alunan gamelan…..
Karya : Sri Hartati

**jasamu**

Jasamu sungguh berharga
Dalam kehidupan insane didunia
Jasamu sungguh bernilai
Bagi umat di bumi
Kau membantu orang yang terluka
Saat mereka susah karena peperangan
Kau mengajarkan mereka
Untuk saling bersatu
PMR engkau bagai pelita dalam kegelapan
PMR engkau bagai kedamaian dalam kerusuhan
Jasamu selalu kami harapkan
Terimakasih PMR

Pantun

Kemana kancil akan dikejar
Ke dalam pasar cobalah cari
Ketika kancil rajin belajar
Sesudah besar senang dihati
Pulau pandan jauh ditengah
Dibukit pulau diangsa dua
Hancur badan dikandung tanah
Budi baik di kenang juga
Makan jengkol
Perut melilit
Doyan miscall
Kan pulsa dikit
Jika kamu pergi ke dusun
Jangan lupa bawa beras
Belajarlah dengan tekun
Agar kita naik kelas

Jika pergi ke padang datar
Jangan lupa berlabuh
Jika kita ingin pintar
Belajarlah sunguh-sunguh
Jika hendak makan leci
Jangan maka telur dadar
Malam mulia yang dinanti
Malam lailatul qadar
Burung dara burung merpati
Burung suka makan sifut
Jika besok masih sendiri
Ijinkan aku untuk menjemput
Jika kita pegang kuas
Melukislah pada kertas
Jika anak bangsa cerdas
Bangsa pun ber kualitas

P M R

Pmr…
Kaulah pelita ku
Kaulah cahayaku
Kaulah matahariku
Engkau …engkau…
Kaulah yang temaniku disaat malam gelap , disaat bulan mulai menampakan jati dirinya
Kau….
Bagaikan bintang yang berkelip di angkasa yang menerangiku selamanya….
Kaulah yang mampu merasukiKau….
Bagaikan bintang yang berkelip di angkasa yang menerangiku selamanya…
Kaulah yang mampu merasuk ke dalam jiwaku yang mampu membangkitkan rasa kepatriotan manusia….

Jadi Upik Abu

Lili menghempaskan tubuhnya di kursi teras rumah. Ia baru pulang dari sekolah. Wuih, cape sekali ! lili beristirahat sejenak di teras sebelum masuk ke rumah. Saat lili masuk ke dalam rumah, terasa sepi sekali. Mbak nina,pembantu keluarga lili, pulang kampong kemarin. Papa, mama, dan kak trian juga belum pulang.

Lili merasa lapar. Tapi, tak ada makanan di meja makan. “lebih baik aku beli mie ayam saja,”ujarnya.
Kemudian, ia keluar rumah dan membeli mie ayam. Ia langsung melahap mie itu sesampainya di rumah. “wah, kok cepat sekali ya aku makan. Aku yang lapar, atau memang mie ini yang lezat?” gumam lili sambil tertawa sendiri.
Setelah makan, ia pergi ke ruang tengah untuk membaca majalah. Tapi, kok ruangan ini kotor dan berantakan sekali, ya ?
“ah, mana enak membaca di ruangan yang kotor dan berantakan,” katanya dalam hati.
Lili keluar dari ruang tengah dan melihat ruangan rumah lainnya. Betul, berantakan sekali ! entah ada dorongan dari mana, ia pun memutuskan untuk membersihkan rumah. Padahal, biasanya ia tak mau melakukan hal itu.
Hal pertama yang di lakukan lili adalah menyapu Seluruh ruangan rumah termasuk halaman depan di sapunya. Setelah itu, ia mengepel lantai. Uh, capeknya ! keringatnya bercucuran. Ia minum segelas besar air dingin. Ayo, mulai ! lili lalu merapikan barang-barang yang berantakan. Sambil mengomel-ngomel. “kenapa sih habis makan , gelas dan piring tidak di bawa ke dapur ?”
Lalu “berapa susahnya sih melipat dan menata Koran?”. Tetapi akhirnya pekerjaan itu selesai juga. Lega rasanya.

Ternyata megerjakan pekerjaan rumah sangat melelahkan dan menguras banyak tenaga. Selama ini, ia selalu menganggap enteng pekerjaan mbak nina. Sepertinya, urusan merapikan rumah itu urusan spele dan gampang.
Tapi, pada kenyataannya tidak seperti itu. Hmm, kita memang tidak boleh meremehkan pekerjaan orang lain, ya .
Tiba-tiba ia teringat dengan piring dan gelas yang kotor di dapur. Aduh, tubuh lili masih lelah. Tapi, sekalian lah !
“ngga apa-apa,deh. Yang penting, rumah ini bersih dan rapih,” kata lili sambil beranjak ke dapur. Tak lama kemudian terdengar suara “tang ting” dan air keran mengalir dari dapur.
Nah, semuanya sudah selesai sekarang. Lili melihat seluruh ruangan.
Keadaanya sudah rapih dan bersih. Lili sangat puas dengan hasil pekerjaannya.
“assalamualaikum,” terdengar suara mama mengucapkan salam. “waalaikumsalam,” jawab lili. “kamu sendirian, Li ?” Tanya mama. “iya, ma” jawab lili. “wah, rumah ini kok besih dan rapih sekali ya ?” kata mama sambil memandang berkeliling.
Lili Cuma tersenyum mendengar komentar mama. “siapa yang merapikan semua ini, li ? kamu ?” Tanya mama lagi. “iya ma . ini upik abunya” kata lili sambil tertawa menepuk dadanya.
“tadi rumah kotor sekali, aku ngga tahan ngliyatnya. Jadi, lili bersihin deeh smuanya” .
“duuh ngga nyangka , kamu mau beresin rumah. Biasanya beres-beres kamar aja susah” ujar mama sambil tersenyum. “aah, mama bisa aja memang lili tadi lagi berbaik hati.
Ibu dan anak itupun lalu tertawa terbahak-bahak. “oke, karena kamu sudah jadi upik abu yang baik, mama akan memberi hadiah bwat kamu. Nanti malam kita akan makan di luar, terserah kamu mau makan apa” tutur mama.
“horeee ! thank you mom . kalu begitu nanti malam aku mau makan bebek goreng, hahahaha” ujar lili. “hmm, di restoran yang baru itu ? sepertinya papa dan ka trian tak akan menolak” ujar mama tersenyum.

Karya : Tiara prativi

Pantun ..

 Buah semangka buah duren
Ngga nyangka kelompok satu keren .

 Pakai baju warna biru
Pergi ke sekolah pukul satu
Murid senantiasa hormatkan guru
Karena guru pembekal ilmu

 Jangan pergi mandi di lombong
Emak dan kakak sedang mencuci
Jangan suka bercakap bohong
Semua kawan akan membenci


 Buah cempedak bentuknya bujur
Sangat di sukai oleh semua
Jika kita bersikap jujur
Hidup kita di pandang mulia

 Jikalau tuan mengangkat peti
Tolong masukkan segala barang
Jikalau anak-anak bersatu hati
Kerja yang susah menjadi senang


 Pinang muda di belah dua
Anak burung mati di anggah
Dari muda sampai ke muda
Ajaran baik jangan di ubah

 Terang bulan di malam sepi
Cahaya memancar ke pangkal kepala
Hidup di dunia buatlah bakti
Kepada ibu dan juga bapak

 Parang tajam tidak berhulu
Buat menetak si pokok ru
Bila belajar tekun selalu
Jangan ingkar nasihat guru

 Anak siti anak yang manja
Suka berjalan di atas titi
Orang yang malas hendak bekerja
Pasti menyesal satu hari nanti


 Pergi berburu sampai ke sempadan
Dapat kancil badan berjalur
Biar carik baju di badan
Asalkan hati bersih dan jujur

 Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

 Ke hulu membuat pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian


 Buah cempedak di luar pagar
Ambil galah tolong jolokkan
Saya budak baru belajar
Kalau salah tolong tunjukkan

 Ramai orang menggali perigi
Ambil buluh baru di ikat
Ilmu di cari tak akan rugi
Buat bekalan dunia akhirat

 Tuan haji memakai jubah
Singgah sembahyang di tepi lorong
Kalau sudah kehendak allah
Rezeki segenggam jadi sekarung

 Adik ke kedai membeli halia
Emak memesan membeli laksa
Jadilah insan berhati mulia
Baik hati berbudi bahasa

 Sarapan pagi minum susu
Di hiding bersama roti dan kaya

Selamanya akan ku kenang

Waktu terus berputar tanpa bisa ku hentikan kenangan bersamamu terus menghantuiku rasa bersalah ini buatku terus terluka tanpa penawar yang dapat sembuhkan lukaku ini ..
Andai waktu dapat terulang kembali ke masa itu..
Aku akan terus disampingmu sampai akhir waktunya tiba
Sobat….
Perjumpaan kita terlalu cepat berakhir kebersamaan kita kurasa hanya sekejap ku selalu berharap kita dapat bertemu kembali dan terus bersama tapi takdir tak pernah bisa berpihak karna kau telah tiada….
Kau pergi tinggalkan aku dengan kenangan indah bersamamu aku berdoa untukmu semoga kau bahagia disana dan aku takan pernah melupakanmu karena hati ini slalu mengenangmu slamanya …..

Sekolahku

Sekolahku…
Tempatku menuntut ilmu
Setiap senin hiingga sabtu ku selalu hadir di tempatku
Di sekolah inilah ku belajar berbagai pengetahuan
Ku mengerti tentang budi pekerti
semua berguna jika ku besar nanti
siapapun yang ingin pandai tuntutlah ilmu setinggi mungkin..
Karya :
Siti nurhasanah..

Teman dan cintanya

Dalam sehari perubahan terjadi
Bagaimana rasa itu hilang dari hati
Dan dia pun kembali sendiri
Saat malam yang sepi menghampiri
Berlalunya malam takkan bisa
Menyingkap dulu bersama
Ketika indah berikat salalu denangan bahagia
Dan gundah takkan lama
Kini semua telah berlalu
Untuk melupakan semua itu
Apa arti teman sepertiku?
Yang himgga kini terdiam membisu

Membisu aku tak mengerti
Rasa apa yang hinggap di antara mereka
Percuma rajin membaca buku
Tak ku dapat darinya sebuah jawab mohon maaf teman

Selasa, 26 Januari 2010

Cerpen Kelompok I

Terimakasih PMR


Pagi itu, tepatnya ketika Matahari menyinari sebagian dari bumi ini. Seperti biasa pula orang-orang sangat sibuk dengan kegiatan dunianya. Ada yang mengajar sebagai Guru, bekerja di dalam kantor perusahaan ternama, dan bercocok tanam di luasnya ladang persawahan. Itulah semua kesibukan yang dilakukan para umat manusia saat itu.
“Bu … ibu … ?,” satu pertanyaan yang dilontarkan seorang bocah yang memanggil ibunya. “iya nak, ada apa … ?,” jawab ibu berusia sekitar 40 tahunan itu yang sedang sakit. “ini loh bu, aku belikan obat-obatan untuk ibu, semoga saja dengan obat ini ibu lekas sembuh ya, dan bisa menemani aku disaat aku sendiri dan kesepian,”.
Ternyata, si ibu saat itu sedang terbaring sakit dan enggan untuk berobat, karena tidak punya uang untuk biayanya. “Darimana kamu bisa dapatkan obat-obatan itu, nak ?” tanya ibu. “tadi aku diajak temanku Dian untuk mencari sedikit uang dengan berjualan Koran dan saya berfikir lebih baik uang itu saya gunakan untuk beli obat saja. Maafin aku bu, tidak sempat pamit untuk izin keluar, maaf ya bu!,”. jawab bocah itu penuh rasa bersalah. “ya sudah nak. Oh ya, ibu mau bertanya apakah kamu masih punya impian untuk melanjutkan sekolahmu ?,”.
Mendengar pertanyaan ibu tadi,terdiamlah bocah itu kemudian dia berjalan keluar dengan kaki yang penuh kelemahan tanpa ada sedikit kekuatan. Duduk diatas kursi yang umurnya lebih tua dari dirinya sambil bersedih akan nasib yang diterima dalam kehidupannya. “Assalamu’alaikum …?,”. tiba-tiba satu panggilan dari arah depan rumahnya, dan ternyata itu Dian temannya yang mengajak berjualan Koran tadi. “Wa’alaikumsalam,”. Dijawabnya. “Hai Rudi, bagaimana keadaan ibumu ?,” kata Dian. Bocah itu ternyata bernama Rudi, yang seharusnya kini duduk di bangku kelas 2 SMP. “Alhamdulillah, sedikit agak baik dari sebelumnya. Oh ya, ada apa maksud kedatanganmu kesini ?,” tanya Rudi pada Dian sambil menyelimuti kesedihan yang dia rasakan. “aku mau mengajak kamu ke tempat yang bermanfaat dan aku yakin kamu pasti akan menyukai tempat itu,”. Jawab Dian.
Kebingungan yang ada dalam benak pikiran Rudi, sebab dia tidak tau tempat seperti apa yang dimaksud oleh Dian tadi. Tiba-tiba dengan spontan Rudi menjawab “Tidak … aku tidak ikut,”. “kenapa menolak ajakanku sobat, padahal aku ingin sekali memperkenalkan tempat itu padamu, rud !”jawab Dian. Sepertinya tempat itu menyimpan banyak peristiwa dan sejarah-sejarah sehingga Dian memaksa kepada Rudi agar ikut dengannya. “Aku gak mau ikut, dan meninggalkan ibu sendiri disini. Dan aku gak mau bahagia diatas kepedihan dan penderitaan ibu, apalagi saat ini ibuku sedang jatuh sakit. Lebih baik aku mati melihat ibu tersenyum bahagia, dari pada aku pergi dalam kesakitan bathin ibuku,”.
Hari pun semakin sore, semua aktifitas berhenti dan kembali beristirahat bagi mereka yang bekerja dan menuntut ilmu. Hanya saat itu, Rudi penasaran tempat seperti apa yang ingin didatangi oleh Dian. Kebetulan waktu itu malam hari, Dian pun main ke rumah Rudi. “oh ya, kalau boleh aku tau kamu mau ajak aku kemana ?,” tanya Rudi. Sedikit terkejut dengan pertanyaan Rudi. “aku akan mengajak kamu ke Toko Buku yang baru buka beberapa hari yang lalu, Karena aku mau melihat sahabatku bisa menimba ilmu walau tak melalui Lembaga sekolah, dan aku yakin apa yang kita inginkan pasti akan tercapai bila kita sering membaca disana,”. Jawab Dian penuh rasa bijak.
Mendengar pembicaraan antara Rudi dan Dian, tiba-tiba terdengar panggilan suara ibu dari kamar “ Rud … rudi ?,”. maka segeralah keduanya masuk ke kamar. Dan manjawab “ada apa bu … ?,” tanya Rudi dengan penuh kecemasan. “benar apa yang dikatakan Dian tadi, kamu harus pergi kesana dan harus mengetahui semua yang tidak pernah kamu tau,” seru ibu seraya kesakitan. “Tapi bu, bagaimana dengan kondisi ibu ? rudi gak mau terjadi sesuatu pada ibu … !,” jawab Rudi. “selama Allah masih mengizinkan ibu untuk bernafas, maka ibu akan berusaha menjaga diri ibu dengan hati-hati,”.
Keesokan harinya, tepat pukul 8 pagi Rudi dan Dian pun pergi berangkat menuju Toko Buku 2 Km dari tempat tinggalnya. Namun rasanya perasaan sedih dan khawatir pada Rudi begitu dalam akan merindukan ibunya yang sedang sakit. Dalam perjalanan, tiba-tiba ada seorang gadis sebaya seperti mereka yang bernama Novi, dia sudah tau semua tentang Rudi dari Dian, sebab Dian pernah kenal dengan Novi sebelumnya.
“selamat pagi Dian … ?,” sapa Novi. “pagi juga … ,”.jawab Dian. Rudi terdiam ketika melihat sosok wanita yang memancarkan cahaya pada wajahnya, seakan dia tak percaya melihat ciptaan Sang Khaliq yang satu ini. “kalian mau kemana ?,”. “kita berdua mau ke Toko Buku yang baru dibuka beberapa hari yang lalu. Disana kita akan menggali semua ilmu untuk mencapai harapan dan impian kita,”jawab Dian penuh semangat. “ya sudah kalau begitu sekalian saja kita bareng ?,” sahut Novi. “hayuuuk …,” Dian pun kembali menjawab.
Akhirnya mereka pun pergi dengan penuh rasa bahagia, canda, dan tawa. Setibanya disana mereka melihat memahami apa-apa yang telah mereka pelajari dari buku-buku yang ada di toko. Waktu tak mungkin bisa kembali dan berhenti, terdengar berita yang sangat mengejutkan. “Rud…Rudi! Ibumu Rud…!,” . Kata tetangga sebelah rumahnya yang bergegas berlari menyusul Rudi. “ibumu telah meninggal dunia… Rud!,”, sahutnya kembali. Innalillahi wa innailahi rajiun itulah kalimat yang tepat waktu di ucapkan pada waktu itu. Kosong…rasanya hati Rudi tak sedikit tersentuh apapun mendengar berita itu. Dan Rudi berlari-lari untuk melihat orang yang dicintainnya untuk terakhir kalinya.
Kemudian Rudi di halaman rumahnya, banyak orang berdatangan dan ada bendera kuning tanda penghormatan pada makhluk yang telah tiada. Rudi menghampiri jenazah ibunya “ibu…kau tau, saat mulut tak bisa bicara, saat mata tak bisa melihat, saat telinga tak bisa mendengar, dan saat hati tak bisa menyarankan. Itulah yang dinamakan kematian, “kata Rudi sambil menangis pilu. “ibu telah berjanji padaku, bahwa Ibu akan baik-baik saja selama Tuhan menjaga ibu. Tetapi kenapa, Tuhan juga yang memanggil ibu? Dulu aku tak sempat melihat sosok ayahku, karena masih dalam kandungan, tapi kenapa ibu pun pergi meninggalkan aku sendiri,” penuh rasa tangis dan haru jawaban Rudi.
Ternyata Rudi sejak kecil ditinggalkan ayahnya ketika masih dalam kandungan ibunya. Melihat kejadian yang sangat mendalam, Dian dan Novi mengelus –elus ke bahu Rudi yang gemetar oleh percikan cinta pada ibunya. Hari pun semakin gelap, lalu jenazah dimakamkan di permukaan terdekat. Rudi menangis saat terakhir melihat sosok ibu yang dicintai berbaring dibawah tanah yang berukuran 2x3 meyer saja, kemudian ia berkata “Ibu…semoga mendapatkan tempat yang layak disisi Allah dan satu hal lagi tolong salamkan rindu dan cintaku pada ayah, bu! Sampaikan bahwa aku akan selalu mencitai kalian, selamanya …”
Setelah beberapa hari dari kepergian ibunya Rudi, Novi berfikir alangkah baiknya ia membantu temannya yang terkena bencana ini Novi tau, keinginan & kemauan keras Rudi pada sekolah sangat tinggi. Kebetulan Novi merupakan anggota PMR Unit SMPN 18 Bogor ia bermusyawarah dengan teman dan ketua pimpinan PMR untuk menyisihkan sebagian uang jajannya untuk membantu Rudi agar melanjutkan sekolah kembali.
Waktu menunjukan pukul 5 sore, yabg berarti hari kian tenggelam. Rudi hanya bisa duduk diatas bangku rumahnya dan mengenang cerita cinta bersama ibunya saat dulu. Tiba-tiba datanglah Novi dan para Anggota PMR Unit SMPN 18 Bogor yang menghampiri Rudi. “ Rud, mmaaf menggangu,” Tanya Novi “ Ya … tidak apa-apa ko. Ada yang bisa saya Bantu?” Jawab Rudi. “kita semua ingin kamu kembali melanjutkan sekolah di SMP kita, intuk masalah biaya pihak sekolah telah menjamin semuanya,” kata Novi.
Mendengar kalimat itu, Akhirnya rasa sedih dan duka yang ada didalam hati Rudi hilang sekejap bahkan dia sangat bahagia. “ Terimakasih semuanya, aku bisa memberi imbalan apapun pada kalian karena aku tak punya sesuatu, hanya ungkapan terima kasih dari htiku,” kata Rudi dengan suara lemah lembutnya. Keesokan harinya, ia pun memulai lembaran baru untuk belajar dan memenuhi harapan dan impiannya. Sejak saat itu pula, Rudi jad masuk anggota PMR karena dia tau PMR itu memiliki sosialisasi yang tinggi pada setiap makhluk ciptaan Allah. Dan akhirnya, Rudi yang kini hidup sebagai pengembara selalu berusaha mencintai kehidupannya dan makhluk sesamanya.
“Ibu, Ayah…, aku akan berjuang menjadi yang terbaik untuk kalian, walau tak ada kalian disampingku. Tapi, ada cinta kalian dalam hatiku, selamanya …

Karya : Indah Novitasari
S_E_L_E_S_A_I

Senin, 25 Januari 2010

DIRGAHAYU...PMR KITA

Luka Bakar

Luka Bakar
Sebab :
Panas
Kimia
Listrik
Radiasi
PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1. Luka bakar superfisial (derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri
Luas luka bakar
Gambar rumus sembilan
Rumus telapak tangan.
Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah embandingkannya dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
•Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
•Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
•Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang
•Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
•Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
•Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
Luka bakar berat
•Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
•Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
•Luka bakar derajat tiga di atas 10%
•Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
•Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
•Luka bakar mengelilingi alat gerak
Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :
1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan luka bakar
•Keamanan keadaan
•Keamanan penolong dan orang lain
1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila perlu
5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri
7. Upayakan penderita senyaman mungkin

Lambang Kristal Merah, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional

A. Sejarah Lambang
Lambang Palang Merah
Sebelum Lambang Palang Merah diadopsi sebagai Lambang yang netral untuk memberikan pertolongan kepada tentara yang terluka di medan perang, pada waktu itu setiap pelayanan medis kemiliteran memiliki tanda pengenal sendiri-sendiri dengan warna yang berbeda-beda. Austria misalnya, menggunakan bendera putih. Perancis menggunakan bendera merah dan Spanyol menggunakan bendera kuning. Akibatnya, walaupun tentara tahu apa tanda pengenal dari personel medis mereka, namun biasanya mereka tidak tahu apa tanda pengenal personel medis lawan mereka. Pelayanan medis pun tidak dianggap sebagai pihak yang netral. Melainkan dipandang sebagai bagian dari kesatuan tentara, sehingga tanda pengenal tersebut bukannya memberi perlindungan namun juga dianggap sebagai target bagi tentara lawan yang tidak mengetahui apa artinya.
Lambat laun muncul pemikiran yang mengarah kepada pentingnya mengadopsi Lambang yang menawarkan status netral kepada mereka yang membantu korban luka dan menjamin pula perlindungan mereka yang membantu di medan perang. Kepentingan tersebut menuntut dipilihnya hanya satu Lambang. Namun yang menjadi masalah kemudian, adalah memutuskan bentuk Lambang yang akan digunakan oleh personel medis sukarela di medan perang. Dalam suatu kurun waktu, ikat lengan berwarna putih dipertimbangkan sebagai salah satu kemungkinan. Namun, warna putih telah digunakan dalam konflik bersenjata oleh pembawa bendera putih tanda gencatan senjata, khususnya untuk menyatakan menyerah. Penggunaan warna putih pun dapat menimbulkan kebingungan sehingga perlu dicari suatu kemungkinan Lambang lainnya.
Delegasi dari Konferensi Internasional tahun 1863 akhirnya memilih Lambang Palang Merah di atas dasar putih, warna kebalikan dari bendera nasional Swiss (palang putih diatas dasar merah) sebagai bentuk penghormatan terhadap Negara Swiss yang memfasilitasi berlangsungnya Konferensi Internasional saat itu. Bentuk Palang Merah pun memberikan keuntungan teknis karena dinilai memiliki desain yang sederhana sehingga mudah dikenali dan mudah dibuat. Selanjutnya pada tahun 1863, Konferensi Internasional bertemu di Jenewa dan sepakat mengadopsi Lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal perhimpunan bantuan bagi tentara yang terluka – yang kemudian berubah menjadi Perhimpunan Nasional Palang Merah. Pada tahun 1864, Lambang Palang Merah di atas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata.
Lambang Bulan Sabit Merah
Delegasi dari Konferensi 1863 tidak memiliki sedikitpun niatan untuk menampilkan sebuah simbol kepentingan tertentu, dengan mengadopsi Palang Merah di atas dasar putih. Namun pada tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja kemanusiaan yang tertangkap oleh Kerajaan Ottoman (saat ini Turki) dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar Palang Merah. Ketika Kerajaan diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan mengenai kepekaan tentara kerajaan terhadap Lambang berbentuk palang dan mengajukan agar Perhimpunan Nasional dan pelayanan medis militer mereka diperbolehkan untuk menggunakan Lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit Merah. Gagasan ini perlahan-lahan mulai diterima dan memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk “reservasi” dan pada Konferensi Internasional tahun 1929 secara resmi diadopsi sebagai Lambang yang diakui dalam Konvensi, bersamaan dengan Lambang Singa dan Matahari Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (saat ini Iran). Tahun 1980, Republik Iran memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Lambang tersebut dan memilih memakai Lambang Bulan Sabit Merah.
Perkembangan Lambang: Kristal Merah
Pada Konferensi Internasional yang ke-29 tahun 2006, sebuah keputusan penting lahir, yaitu diadopsinya Lambang Kristal Merah sebagai Lambang keempat dalam Gerakan dan memiliki status yang sama dengan Lambang lainnya yaitu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Konferensi Internasional yang mengesahkan Lambang Kristal Merah tersebut, mengadopsi Protocol Tambahan III tentang penambahan Lambang Kristal Merah untuk Gerakan, yang sudah disahkan sebelumnya pada Konferensi Diplomatik tahun 2005. Usulan membuat Lambang keempat, yaitu Kristal Merah, diharapkan dapat menjadi jawaban, ketika Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tidak bisa digunakan dan ‘masuk’ ke suatu wilayah konflik. Mau tidak mau, perlu disadari bahwa masih banyak pihak selain Gerakan yang menganggap bahwa Lambang terkait dengan simbol kepentingan tertentu.
Penggunaan Lambang Kristal Merah sendiri pada akhirnya memilliki dua pilihan yaitu: dapat digunakan secara penuh oleh suatu Perhimpunan Nasional, dalam arti mengganti Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang sudah digunakan sebelumnya, atau menggunakan Lambang Kristal Merah dalam waktu tertentu saja ketika Lambang lainnya tidak dapat diterima di suatu daerah. Artinya, baik Perhimpunan Nasional, ICRC dan Federasi pun dapat menggunakan Lambang Kristal Merah dalam suatu operasi kemanusiaan tanpa mengganti kebijakan merubah Lambang sepenuhnya.
B. Ketentuan Lambang
Bentuk dan Penggunaan
Ketentuan mengenai bentuk dan penggunaan Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ada dalam:
1. Konvensi Jenewa I Pasal 38 – 45
2. Konvensi Jenewa II Pasal 41 – 45
3. Protokol 1 Jenewa tahun 1977
4. Ketetapan Konferensi Internasional Palang Merah XX tahun 1965
5. Hasil Kerja Dewan Delegasi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional tahun 1991
Pada penggunaannya, penempatan Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tidak boleh sampai menyentuh pinggiran dan dasar putihnya. Lambang harus utuh dan tidak boleh ditambah lukisan, gambar atau tulisan. Pada Lambang Bulan Sabit Merah, arah menghadapnya (ke kanan atau ke kiri) tidak ditentukan, terserah kepada Perhimpunan yang menggunakannya.
Selanjutnya, aturan penggunaan Lambang bagi Perhimpunan Nasional maupun bagi lembaga yang menjalin kerjasama dengan Perhimpunan Nasional, misalnya untuk penggalangan dana dan kegiatan sosial lainnya tercantum dalam “Regulations on the Use of the Emblem of the Red Cross and of the Red Crescent by National Societies”. Peraturan ini, yang diadopsi di Budapest bulan November 1991, mulai berlaku sejak 1992.
Fungsi Lambang
Telah ditentukan bahwa Lambang memiliki fungsi untuk :
> Tanda Pengenal yang berlaku di waktu damai
> Tanda Perlindungan yang berlaku diwaktu damai dan perang/konflik
Apabila digunakan sebagai Tanda Pengenal, Lambang tersebut harus dalam ukuran kecil, berfungsi pula untuk mengingatkan bahwa institusi di atas bekerja sesuai dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan. Pemakaian Lambang sebagai Tanda Pengenal juga menunjukan bahwa seseorang, sebuah kendaraan atau bangunan berkaitan dengan Gerakan. Untuk itu, Gerakan secara organisasi dapat mengatur secara teknis penggunaan Tanda Pengenal misalnya dalam seragam, bangunan, kendaraan dan sebagainya. Penggunaan Lambang sebagai Tanda Pengenal pun harus didasarkan pada undang-undang nasional mengenai Lambang untuk Perhimpunan Nasionalnya.
Apabila Lambang digunakan sebagai tanda pelindung, Lambang tersebut harus menimbulkan sebuah reaksi otomatis untuk menahan diri dan menghormati di antara kombatan. Lambang harus selalu ditampakkan dalam bentuknya yang asli. Dengan kata lain, tidak boleh ada sesuatupun yang ditambahkan padanya – baik terhadap Palang Merah, Bulan Sabit Merah ataupun pada dasarnya yang putih. Karena Lambang tersebut harus dapat dikenali dari jarak sejauh mungkin, ukurannya harus besar, yaitu sebesar yang diperlukan dalam situasi perang. Lambang menandakan adanya perlindungan bagi:
> Personel medis dan keagamaan angkatan bersenjata
> Unit dan fasilitas medis angkatan bersenjata
> Unit dan transportasi medis Perhimpunan Nasional apabila digunakan sebagai perbantuan terhadap pelayanan medis angkatan bersenjata
> Peralatan medis.
Penyalahgunaan Lambang
Setiap negara peserta Konvensi Jenewa memiliki kewajiban membuat peraturan atau undang-undang untuk mencegah dan mengurangi penyalahgunaan Lambang. Negara secara khusus harus mengesahkan suatu peraturan untuk melindungi Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Dengan demikian, pemakaian Lambang yang tidak diperbolehkan oleh Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan merupakan pelanggaran hukum. Bentuk-bentuk penyalahgunaan Lambang yaitu:
> Peniruan (Imitation):
Penggunaan tanda-tanda yang dapat disalah artikan sebagai lambang Palang Merah atau bulan sabit merah (misalnya warna dan bentuk yang mirip). Biasanya digunakan untuk tujuan komersial.
> Penggunaan yang Tidak Tepat (Usurpation):
Penggunaan lambang Palang Merah atau bulan sabit merah oleh kelompok atau perseorangan (perusahaan komersial, organisasi non-pemerintah, perseorangan, dokter swasta, apoteker dsb) atau penggunaan lambang oleh orang yang berhak namun digunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan (misalnya seseorang yang berhak menggunakan lambang namun menggunakannya untuk dapat melewati batas negara dengan lebih mudah pada saat tidak sedang tugas).
> Penggunaan yang Melanggar Ketentuan/Pelanggaran Berat (Perfidy/Grave
misuse)
Penggunaan lambang Palang Merah atau bulan sabit merah dalam masa perang untuk melindungi kombatan bersenjata atau perlengkapan militer (misalnya ambulans atau helikopter ditandai dengan lambang untuk mengangkut kombatan yang bersenjata; tempat penimbunan amunisi dilindungi dengan bendera Palang Merah) dianggap sebagai kejahatan perang.
Referensi
1. Direktorat Jenderal Hukum Perundang-undangan Departemen Kehakiman, 1999, Terjemahan Konvensi Jenewa tahun 1949, Departemen Hukum dan Perundang-undangan, Jakarta.
2. International Committee of the Red Cross, 1994, Handbook of the International Red Cross and Red Crescent Movement, ICRC, Geneva.
3. International Committee of the Red Cross, 2005, Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949 and Relating to the Adoption of an Additional Distinctive Emblem (Protocol III). ICRC, Geneva.
4. International Committee of the Red Cross,1991, Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent by the National Societies, ICRC, Geneva, 1991.
5. Palang Merah Indonesia, 2006, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Palang Merah Indonesia tahun 2004 – 2009, Markas Pusat PMI, Jakarta.
6. Muin, Umar, 1999, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

KEGIATAN PALANG MERAH INDONESIA

(sumber : www.pmi.or.id)
Pemulihan Hubungan Keluarga (RFL)

Sesuai mandat konvensi Jenewa, TMS (Tracing and Mailing Services) ; salah satu pelayanan kemanusiaan PMI yang eksis sejak tahun 1975, mengalami perubahan nama menjadi RFL (Restoring Family Links). PMI adalah satu-satunya perhimpunan nasional di Indonesia yang menggunakan istilah TMS untuk memberikan pelayanan pencarian orang hilang akibat bencana maupun konflik, termasuk di antaranya kasus adopsi. Kemudian, Palang Merah Internasional (ICRC) merekomendasikan nama tersebut diganti. PMI sepakat dan resmi mengubah nama TMS menjadi RFL melalui SK no.5582 bulan November 2006, yang kemudian dikirimkan serentak ke seluruh PMI Daerah dan Cabang seluruh Indonesia. Sesungguhnya, tidak ada perubahan signifikan seiring pergantian nama tersebut.
Namun, kegiatan yang saat ini sedang gencar dilakukan, terutama di PMI Pusat, adalah menyosialisasikan RFL secara internal maupun eksternal. Secara internal, penguatan istilah tersebut dilakukan di kalangan PMI Pusat, Daerah, dan Cabang; sedangkan eksternal, menyosialisasikan RFL kepada instansi-instansi terkait, seperti BNPB, lembaga adopsi, imigrasi serta LSM-LSM lain, baik nasional maupun internasional. Dalam hal bentuk pelayanannya, tidak banyak yang berubah dari RFL sebagai nama baru dari TMS. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan saat ini adalah terbitnya buku panduan RFL, serta dicetaknya formulir-formulir baru yang akan segera didistribusikan serentak. Dalam kurun waktu setahun terakhir, RFL berhasil mengadakan kunjungan assessment ke 14 daerah di Indonesia, yaitu Maluku, NTT, Jawa Tengah, Bali, DIY, Papua, Papua Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sulawesi Utara. Kunjungan dilakukan dalam rangka pengembangan kapasitas RFL. Kunjungan tersebut memiliki tindak lanjut berupa pelatihan spesialis RFL untuk relawan, dan dari 13 daerah yang dikunjungi, hanya tiga daerah yang sudah mengadakan pelatihan, yakni PMI Daerah Jawa Tengah, Bali, dan DIY, sehingga total relawan RFL yang sudah dilatih spesialisasi berjumlah 78 orang. Salah satu persyaratan pelatihan spesialis adalah sudah dilaksanakannya pelatihan KSR dasar berstandar nasional, yakni 120 jam. Dari sepuluh daerah yang dikunjungi, beberapa sedang menyelesaikan KSR dasar dan sisanya menunggu kesiapan dari PMI Daerah sendiri.

Keikutsertaan PMI mencegah Pandemi Flu Burung

Kampanye menghadapi Pandemi Flu Burung Sejak virus flu burung tipe H5N1 menyerang manusia tahun 1997 di Hong Kong, penyebaran virus begitu cepat dan korban pun berjatuhan. Data per 1 November 2005 menunjukkan Indonesia berada di urutan kedua setelah Vietnam sebagai negara yang memiliki jumlah terbesar pasien yang diduga terinfeksi flu burung di dunia. Sebagai organisasi kemanusiaan yang peduli terhadap kesehatan masyarakat, PMI turut serta membantu Pemerintah menanggulangi flu burung. Lima hari setelah flu burung dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia, pada 24 September 2005, Ketua Umum PMI mencanangkan keikutsertaan PMI dengan melancarkan strategi public awareness, strategi pencegahan penularan oleh unggas, dan membantu dalam strategi surveillance.

Strategi PMI
1. Public awareness
Peningkatan penyadaran masyarakat menggunakan metode KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dengan menyebarkan leaflet, kunjungan door to door, dan membuat dialog interaktif untuk masyarakat yang dilakukan oleh relawan PMI. Beberapa kelompok sasaran kampanye: peternak sektor 4 (keluarga yang memelihara unggas di rumah), ibu rumah tangga dan anak-anak, serta tempat layanan umum dengan tingkat sanitasi minim (seperti terminal atau pasar tradisional). Aktivitas utama dari kampanye ini adalah pembentukan satgas di Daerah dan Cabang, termasuk pelatihan bagi relawan, hingga penyuluhan ke kelompok sasaran. Kegiatan tersebut sudah dijalankan di 12 provinsi, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat (khususnya Jabodetabek), Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Lampung, Jambi, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur.

2. Bio security
Penyemprotan desinfektan Virkon di kandang unggas untuk mencegah penularan virus dari unggas ke unggas. Kegiatan sudah dilakukan di Jabodetabek dan Sulawesi Selatan, tanpa menutup kemungkinan akan dilakukan juga di daerah lain.

3. Kegiatan surveillance berbasis masyarakat
Langkah antisipatif menyebarnya flu burung dilakukan dengan membantu memantau perkembangan penyebaran virus. Jika mengetahui terjadinya kematian unggas yang mencurigakan, relawan PMI akan melaporkannya kepada Dinas terkait untuk koordinasi tindakan selanjutnya. Aktivitas dari langkah ini mencakup pelatihan untuk relawan desa, koordinator kecamatan, koordinasi dengan PDS/PDR di lapangan, dan penyusunan Rencana Tanggap Darurat Flu Burung untuk tingkat desa.
Ayo Siaga Bencana
Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang paling berisiko terkena dampak bencana. Kerentanan anak-anak terhadap bencana dipicu oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko di sekeliling mereka, yang berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Salah satu upaya yang telah PMI lakukan untuk mengarusutamakan kesiapsiagaan bencana dan pengurangan risiko dalam pendidikan sekolah adalah melalui mobilisasi jaringan Palang Merah Remaja (PMR) dan relawan yang tersebar di 33 provinsi. Mulai 2006 PMI telah menjalankan program Sekolah Siaga Bencana. Program ini adalah upaya PMI untuk mempromosikan konsep kesiapsiagaan bencana dan pengurangan risiko bagi anak dan remaja sekolah melalui pengembangan program pemanfaatkan pendidikan ekstrakurikuler yang diterima oleh PMR serta menggunakan pendekatan kelompok remaja sebaya. PMR, sebagai anggota remaja PMI mempunyai peran dan peluang memengaruhi kelompok sebayanya, baik di sekolah maupun luar sekolah, untuk meningkatkan ketrampilan hidup sehingga dapat mengurangi masalah kesehatan serta dampak yang ditimbulkan akibat bencana. Anak dan remaja bersama-sama bertukar informasi, mengidentifikasi masalah, merancang dan membuat kesepakatan solusi melalui kegiatan dan perilaku pengurangan risiko. Perilaku positif yang diawali sejak dini akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup mereka di masa mendatang dan memberikan pengaruh kepada perilaku positif orang dewasa
Sumber Daya Manusia (SDM) profesional adalah salah satu kunci keberhasilan Pelayanan Kemanusiaan PMI. Upaya peningkatan profesionalisme SDM dilakukan melalui pelatihan di seluruh jajaran PMI, mulai dari tingkat Pusat hingga Ranting. Pelatihan di PMI meliputi bidang teknis, manajemen, serta pelatihan bidang PMR dan Relawan. Pengendalian mutu hasil pelatihan distandarisasi melalui sertifikat yang dikeluarkan PMI di seluruh jajaran (Pusat, Daerah, maupun Cabang). Standarisasi tersebut akan membuat klasifikasi pelatih sesuai dengan bidang kompetensi yang dimilikinya, dan pemegang sertifikat terhindar dari sebutan Pelatih Pusat, Pelatih Daerah, ataupun Pelatih Cabang. Selain sertifikat, standarisasi juga dilakukan terhadap komponen utama pelatihan, yaitu kurikulum.

Pembenahan kurikulum dilakukan berbasis pada kompetensi yang dituntut dimiliki peserta latih. Materi yang dibahas adalah materi yang mendukung tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Sedangkan proses pembelajaran bersifat partisipatif, yang secara aktif mengembangkan berbagai skenario pembelajaran dengan berbagai alternatif metode. Saat melakukan pelatihan, PMI berpegang pada Pedoman Pelatihan. Pernah dibuat tahun 1998, Pedoman Pelatihan kemudian dievaluasi dan memunculkan semangat standarisasi baru yang dimulai 2004. Pada tahun 2007, standarisasi pelatihan itu melahirkan pedoman yang mencakup tidak kurang dari 20 jenis pelatihan. Selanjutnya, pedoman tersebut menjadi acuan setiap pelatihan yang dilakukan di Daerah ataupun Cabang. Sepintas, program pelatihan ini tampak sederhana, namun harus ditangani dan dikelola secara serius. Sukses tidaknya sebuah program pelatihan tidak menjadi komitmen dan tanggung jawab Unit Pusdiklat semata, melainkan juga seluruh pihak yang ada di PMI. Dan, komitmen dan tanggung jawab itu sudah dimulai sejak awal pelaksanaan standarisasi pelatihan.
Pelatihan Teknis
1. Pertolongan Pertama (Fist aid),
2. Perawatan Keluarga (Home Nursing),
3. Pelatihan Kesehatan Remaja,
4. Pelatihan Program Dukungan Psikososial (Psychosocial Support Programme),
5. Pelatihan CBFA,
6. Pelatihan Ambulans,
7. Pelatihan Air dan Sanitasi (Water and Sanitation),
8. Orientasi Kepalangmerahan,
9. Pelatihan Diseminator,
10. Pelatihan PERTAMA (ICBRR),
11. Pelatihan KBBM,
12. Pelatihan Logistik,
13. Pelatihan Tanggap Darurat,
14. Pelatihan Manajemen Bencana


DONOR DARAH
Salah satu kegiatan PMI yang paling dikenal masyarakat adalah donor darah. Menyumbangkan sebagian darah untuk kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan menjadi suatu sumbangan berarti dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Tidak membutuhkan persyaratan sulit untuk menjadi calon donor.
Kriteria umum yang ditetapkan PMI adalah antara lain:
- calon donor harus berusia 17-60 tahun,
- berat badan minimal 45 kg
- tekanan darah 100-180 (sistole) dan 60-100 (diastole).
- Jika berminat, calon donor dapat mengambil dan menandatangani formulir pendaftaran; lalu menjalani pemeriksaan pendahuluan seperti kondisi berat badan, HB, golongan darah; serta dilanjutkan dengan pemeriksaan dokter.
- Jika lulus, barulah darah dan contoh darah diambil.
- Namun, harus diingat, demi menjaga kesehatan dan keamanan darah, individu yang antara lain memiliki kondisi seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau influensa; baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima transfusi kurang dari setahun; begitu juga untuk yang belum setahun menato, menindik, atau akupunktur; hamil; atau sedang menyusui untuk sementara waktu tidak dapat menjadi donor.
Tunggu apa lagi, ayo ikut jadi donor darah

Program Dukungan Psikososial (PSP)

Program Dukungan Psikososial (Psychosocial Support Prgramme/PSP) adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu maupun masyarakat agar tetap berfungsi optimal pada saat mengalami krisis dalam situasi bencana maupun kecelakaan. PSP diberikan kepada Kelompok masyarakat target Program dukungan psikososial PMI seperti anak-anak, remaja, dewasa dan lansia, penyandang cacat, pekerja kemanusiaan.

Manfaat Program Dukungan Psikososial
- Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya.
- Mengembalikan fungsi sosial indvidu di dalam lingkungannya.
- Mengurangi risiko berkembangnya reaksi normal menjadi reaksi yang tidak normal.
- Meningkatkan kemampuan individu di dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi pasca bencana.
- Membantu para pekerja kemanusiaan untuk mengatasi masalah psikologis yang muncul akibat dari situasi yang dihadapi.
Pelaksanaan Program Dukungan Psikososial PMI tidak dilaksanakan melalui pendekatan individual/konseling, tetapi melalui pendekatan berbasis masyarakat.

Air dan Sanitasi untuk Masyarakat Rentan

Sesuai dengan kebijakan Palang Merah indonesia 1999-2004 dan merujuk pada Stragegy IFRC 2010, bahwa program kesehatan PMI Membantu masyarakat kelompok rentan untuk mempromosikan kesehatan masyarakat melalui peningkatan kebersihan diri dan fasilitas air bersih dan sanitasi; menjadikannya sebagai program terpadu dengan pemberdayaan masyarakat di bidang pertolongan pertama, penanganan bencana, dan pengembangan program “watsan” untuk masyarakat kelompok rentan yang mengalami kesulitan akses air bersih dan masyarakat di tempat pengungsian karena bencana atau konflik.
Sejak tahun 1999 PMI telah berpengalaman mengembangkan program air dan sanitasi sebagai bagian dari program Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (PPBM). Pada tahun 2002, untuk mengoptimalisasi pemberdayaan masyarakat, PMI telah mengadopsi pendekatan Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST).

Pada tahun 2005, selama operasi tsunami, PMI mendapat kesempatan untuk mengoperasikan ERU WatSan dari berbagai perhimpunan nasional, seperti; PM Spanyol, PM Perancis, PM Jerman, PM Austria, dan PM Macedonia. Setelah operasi tsunami selesai, kebanyakan peralatan ERU WatSan tersebut diserahterimakan kepada PMI, Bahkan peran serta PMI di bidang air dan sanitasi bertambah. PMI melakukan restrukturisasi organisasinya pada bulan Maret 2006 dan Sub Divisi WatSan telah dibentuk.
Aksi nyata yang dilakukan, pada tahun 2001 PMI telah mengembangankan program PPBM-PHAST dimulai di Tarakan Kalimantan Timur untuk masayarakat pantai yang kesulitan air bersih dan sanitasi dengan hasil yang cukup memuaskan. Kesuksesan ini PMI melanjutkan dalam mengembangkan didaerah lainnya seperti ; Indaramayu, Singkawang, Muara Enim, Cirebon, Blora, Bantul, Bau-Bau, Gorontalo (kota & kabupaten), Boalemo, bandar lampung, bengkulu selatan, Ogan komering ilir, jambi, pekan baru, serang, cianjur, kota ambon, maluku tengah, NTT, sejumlah kabupaten di Aceh , dan sejumlah kabupaten di Sumut (pasca bencana gempa dan tsunami 2004).
Untuk yang sedang berjalan sampai tahun 2009, PMI sedang mengembangkan program di wilayah Jakarta Selatan, Pasuaruan, Paser (Kaltim), Pohuwato dan Bonebolango(Gorontalo, Bangka, Pangkal Pinang, Aceh Barat, Serang, dan Indramayu.
Keikutsertaan PMI Dalam Bidang HIV & AIDS

Palang Merah Indonesia atau PMI merupakan organisasi kemanusiaan lingkup nasional dengan 33 Cabang di Seluruh Indonesia. Di akhir tahun 1994, PMI bergabung dengan Gugus Tugas HIV Palang Merah Bulan Sabit Merah Asia/ Asian Red Cross and Red Crescent HIV Task Force (ART) bersama dengan anggota Perhimpunan Nasional lain. Dalam ART, PMI memulai program Pendidikan Remaja Sebaya sebagai titik awal partisipasi dalam usaha mencegah penyebaran HIV antar kelompok-kelompok remaja. Sejak tahun 2000 PMI telah meluaskan program ke cabang-cabang yang dinilai memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menerapkan program tersebut. Secara bertahap, PMI meningkatkan program intervensi HIV & AIDS sebagai tindak lanjut Deklarasi Jenewa (2001).
Kasus HIV & AIDS saat ini sudah menjadi pandemie di Indonesia. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1987, saat ini Indonesia sudah menjadi negara urutan ke 5 di Asia paling berisiko HIV & AIDS. Para pakar memperkirakan jumlah kasus HIV & AIDS sudah mencapai 130.000 orang, sehingga tidak bisa dihindari lagi bagi Indonesia untuk menerapkan kesepakatan tingkat Internasional yang diikuti kebijakan nasional.
Kebijakan PMI dalam Penanggulangan HIV & AIDS di Indonesia
Berpartisipasi aktif dalam penanggulangan HIV & AIDS melalui tiga pendekatan yakni pencegahan, perawatan & dukungan terhadap Odha, anti stigma & diskriminasi terhadap Odha, serta berupaya melibatkan Odha pada tiap tahapan kegiatan. Berupaya untuk mengembangkan jaringan kerja dengan instansi dan lembaga terkait yang juga terlibat dalam program penanggulangan HIV & AIDS, termasuk dengan jaringan Odha.
Jenis-Jenis kegiatan HIV sesuai dengan kebijakan PMI adalah sebagai Berikut :
Pencegahan

1). Pendidikan Sebaya dan Mobilisasi Masyarakat; 2). Pendistribusian KIE untuk kelompok rentan sasaran program; 3). Rujukan untuk Konseling dan Tes Sukarela/ Volunteer Counselling and Testing (VCT); 4). Keterampilan personal, termasuk penggunaan kondom bagi meraka yang melakukan aktivitas bersiko penularan HIV dan IMS.
Perawatan dan Dukungan

1). Membantu memberikan rujukan untuk mendapatkan pengobatan, dukungan dan perawatan bagi Odha khususnya di rumah; 2). Membuat kelompok dukungan dan jejaring dalam masyarakat atau memperkuat kelompok yang sudah ada; 3). Mengembangkan kelompok dukungan masyarakat dan jejaring Odha dan kemitraan dengan organisasi Odha.
Anti stigma dan Diskriminasi terhadap Odha

1). Memastikan bahwa PMI memiliki kebijakan HIV lingkungan kerja dan program HIV untuk semua staf dan relawan; 2). Mengintegrasikan isu kesetaraan gender dan kekerasan seksual berbasis gender dalam program / kegiatan PMI; 3) Pendidikan sebaya, mobilisasi masyarakat dan KIE berbasis masyarakat.
Sejauh ini PMI telah banyak mendapatkan dukungan dari Palang Merah Belanda, Palang Merah Jepang dan Palang Merah Australia serta IFRC. Di samping itu, beberapa PMI Daerah/ Cabang juga menerima bantuan langsung dari lembaga donor lain seperti UNFPA, FHI/ASA dan Komisi AIDS Propinsi serta Pemerintah Daerah.

Minggu, 24 Januari 2010

Kenapa Harus Palang Meerah dan Bulan Sabit

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) yang didirikan pada tahun 1863 merupakan organisasi dunia yang melakukan kegiatan kemanusiaan pada saaat terjadinya konflik bersenjata. Dalam melaksanakan kegiatannya, ICRC membutuhkan sebuah lambang yang sederhana, mudah terlihat dengan jelas, mudah dikenali dan diketahui secara universal untuk mengindentifikasi orang, alat transportasi, dan bangunan yang digunakan dalam kegiatan kemanusiaan, seperti bantuan pelayanan medis maupun bantuan lainnya pada masa konflik bersenjata, lambang tersebut harus bersifat netral dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan bantuan dan perlindungan kemanusiaan.
Didasarkan pada pemikiran tersebut dan sekaligus untuk membuat aturan dalam hal penggunaan lambang tersebut, maka pada tahun 1864 untuk pertama kalinya, Lambang Palang Merah diadopsi oleh negara-negara dalam sebuah traktat internasional yaitu dengan lahirnya Konvensi Jenewa yang disahkan pada tanggal 22 Agustus 1864 tentang Perbaikan Keadaan Bagi Prajurit yang Luka dan yang Sakit Dalam Pertempuran Di Darat, dimana lambang tersebut ditetapkan sebagai tanda pelindung bagi siapapun yang bertugas dalam kegiatan bantuan kemanusiaan pada masa perang.
Yang perlu untuk diingat adalah bahwa Lambang Palang Merah yang digunakan tersebut tidak berkaitan dengan agama, filosofi, maupun ideologi manapun. Presepsi-presepsi yang salah tentang Lambang Palang Merah dapat berakibat buruk pada para petugas kemanusiaan dalam memberikan bantuan dan perlindungan kemanusiaan bagi para korban konflik bersenjata.
Pilihan penggunaan Lambang Palang Merah merupakan adopsi dari bendera negara Swiss yang warnanya dibalik, dimana bendera negara Swiss memiliki gambar palang berwarna putih dengan dasar berwarna merah. Hal ini merupakan penghargaan terhadap negara Swiss yang merupakan negara tempat pertama kalinya gerakan bantuan kemanusiaan sukarela pada masa konflik bersenjata dibentuk.
Namun demikian selain penggunaan Lambang Palang Merah, penggunaan Lambang Bulan Sabit Merah, dan Lambang Singa dan Matahari sebagai simbol-simbol bantuan dan perlindungan bagi korban konflik bersenjata yang telah pula digunakan sejak lama oleh beberapa negara. Hal tersebut menjadi suatu topik diskusi dalam sebuah konperensi diplomatik tentang kemanusiaan yang akhirnya diangkat dalam konperensi diplomatik yang diadakan di Jenewa pada tahun 1949 yang melahirkan Konvensi Jenewa Tahun 1949.
Sebagai salah satu hasil dari pembahasan dalam Konvensi Jenewa 1949 diatur bahwa Lambang Palang Merah di atas dasar putih dipertahankan sebagai lambang dan tanda pengenal petugas kemanusiaan pada masa konflik bersenjata. Kemudian konvensi juga memberikan pengakuan yang sama terhadap pilihan dan penggunaan Lambang Bulan Sabit Merah atau Singa dan Matahari Merah sebagai simbol bantuan dan perlindungan kemanusiaan pada masa konflik bersenjata. Namun pada tahun 1980 satu-satunya negara yang menggunakan Lambang Singa dan Matahari Merah yaitu Iran secara resmi mengganti lambang tersebut menjadi Lambang Bulan Sabit Merah bagi perhimpunan organisasi kemanusiaan negaranya. Dengan demikian, hingga sekarang hanya ada dua lambang yang sah untuk digunakan pada masa perang oleh staf medis milik angkatan bersenjata dan oleh organisasi kamanusiaan dunia yaitu Lambang Palang Merah dan Lambang Bulan Sabit Merah.
Prinsip kesatuan (unity) adalah salah satu prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yang harus diperhatikan oleh setiap negara peserta konvensi Jenewa 1949. Prinsip Kesatuan ini mengatur bahwa tiap negara hanya boleh menggunakan salah satu saja dari kedua lambang tersebut, Lambang Palang Merah atau Lambang Bulan Sabit Merah. Penggunaan kedua lambang sekaligus dalam satu negara tidak diperkenankan, hal ini diatur di dalam Konvensi Jenewa 1949, resolusi-resolusi hasil Konperensi Internasional Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, serta hukum nasional masing-masing negara peserta Konvensi Jenewa.
Lambang Palang Merah dan Lambang Bulan Sabit Merah menurut hukum humaniter internasional hanya boleh digunakan oleh unit medis angkatan-angkatan bersenjata pada masa konflik bersenjata, dan oleh ketiga komponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, yaitu :
1. Perhimpunan-perhimpunan kepalangmerahan nasional (misalnya Palang Merah Indonesia).
2. Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC); dan
3. Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Di Indonesia sendiri, Lambang palang merah telah digunakan sejak tahun 1945 untuk tugas-tugas kemanusiaan pada awal kemerdekaan. Selanjutnya pada tahun 1950 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1950 yang mengesahkan Anggaran Dasar dan mengakui Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai badan hukum yang melaksanakan tugas-tugas yang bersifat kemanusiaan sesuai dengan Konvensi Jenewa di Indonesia. Selain itu pada tahun 1962 juga ditetapkan Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 tentang Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-kata Palang Merah.
Peraturan-peraturan tersebut memberikan landasan hukum dan pengakuan bagi organisasi Palang Merah Indonesia sekaligus memberikan perlindungan dan pengakuan hukum bagi Lambang Palang Merah, baik sebagai tanda pelindung maupun sebagai tanda pengenal:
a. Lambang Palang Merah sebagai tanda pelindung dimaksudkan agar lambang tersebut mudah terlihat dan diketahui serta dihormati oleh semua pihak, baik pada masa damai maupun pada masa terjadi sengketa bersenjata, termasuk gangguan keamanan di dalam negeri. Dasar penggunaan Lambang Palang Merah adalah untuk memberikan pertolongan bagi para korban perang baik sipil maupun militer yang terluka atau sakit tanpa membeda-bedakan agama maupun dari pihak mana ia berasal. Lambang Palang Merah sebagai tanda pelindung juga digunakan untuk melindungi para tenaga medis, rohaniwan, rumah sakit, serta sarana dan transportasi medis.
b. Sedangkan Lambang Palang Merah sebagai tanda pengenal dimaksudkan untuk memberikan pengakuan dan perlindungan bagi orang, sarana, dan bangunan untuk kegiatan kepalangmerahan yang mengidentifikasikan bahwa seseorang, sarana, atau bangunan tersebut merupakan bagian dari organisasi kemanusiaan yang harus dihormati oleh para pihak dalam melaksanakan tugas kemanusiaan.
Penghormatan dan perlindungan bagi lambang dan organisasi kepalangmerahan di Indonesia juga dilandaskan pada prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, yaitu Prinsip Kemanusiaan, Prinsip Kesamaan, Prinsip Kenetralan, Prinsip Kemandirian, Prinsip Kesukarelaan, Prinsip Kesatuan, dan Prinsip Kesemestaan.
Dengan melihat tujuan mulia dan prinsip-prinsip dasar tersebut, bangsa Indonesia sebagai salah satu negara pihak dalam Konvensi Jenewa 1949 merasa mempunyai keinginan dan kewajiban untuk mengatur penggunaan lambang serta keberadaan Organisasi Kepalangmerahan di Indonesia dalam bentuk undang-undang. Tujuan pengaturan tersebut dalam suatu undang-undang agar lebih memberikan pengakuan dan landasan hukum serta perlindungan yang kokoh demi tercapainya tujuan mulia dalam melaksanakan tugas kemanusiaan berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut.
Selain itu pengaturan mengenai Lambang Palang Merah bagi Bangsa Indonesia, juga untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Konvensi Jenewa 1949 yang menyatakan bahwa masing-masing Negara Pihak harus memilih satu dari lambang organisasi kemanusiaan (Palang Merah atau Bulan Sabit Merah) yang diakui untuk menangani dan melaksanakan tugas-tugas yang bersifat kemanusiaan tersebut. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka perlu segera dibentuk Undang-Undang tentang Lambang Palang Merah.
(Sumber : http://palangmerah.multiply.com/reviews/item/1)

Jumat, 22 Januari 2010

PERDARAHAN

Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.

Jantung
Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen.

Arteri/Pembuluh Nadi
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar

Vena/Pembuluh Balik
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap

Kapiler/Pembuluh Rambut
Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan

Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
1. Radialis : Berada di pergelangan tangan
2. Carotis : Berada di leher
3. Femoralis : Berada di lipatan paha
4. Brachialis : Berada di Lengan atas
5. Dorsalis Pedis : Berada di Punggung kaki
6. Tibialis Posterior : Berada di Belakang mata kaki

Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.

Darah
Komposisi
Terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah.

Sumber Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut

Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat
ada di luar tubuh.
2. Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung
keluar tubuh.

Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.

Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.

Perawatan untuk Perdarahan luar
a. Tekanan Langsung : Penekanan langsung pada bagian yang mengalami perdarahan dengan
atau tanpa pembalut.
b. Elevasi : Meninggikan daerah yang mengalami perdarahan / lebih tinggi dari jantung.
(dilakukan hanya untuk anggota gerak saja).
c. Titik Tekan : Pada titik nadi yang lebih dekat dari arah jantung.
d. Immobilisasi : Mengistirahatkan anggota tubuh yang mengalami perdarahan.
e. Kompres dingin : Untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa sakit.

Menggunakan Torniket (Sangat tidak dianjurkan)
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.

Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.

Gejala dan Tanda
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:
a. Batuk darah berwarna merah muda
b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak

Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya

Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.

Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.

Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
5. Buang air besar atau air kecil berdarah
6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut

Perawatan Perdarahan

1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :
a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.

2. Pada perdarahan besar:
a. Jangan buang waktu mencari penutup luka
b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.
c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat
gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan.
d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e. Pasang pembalutan penekan

3. Pada perdarahan ringan atau terkendali :
a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b. Tekan sampai perdarahan terkendali
c. Pertahankan penutup luka dan balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama

4. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
a. Baringkan dan istirahatkan penderita
b. Buka jalan napas dan pertahankan
c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok
e. Jangan beri makan dan minum
f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti menghentikan perdarahan

Syok
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).

Penyebab
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
3. Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan
baik
4. Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.

Gejala dan tanda syok
1. Nadi cepat dan lemah
2. Napas cepat dan dangkal
3. Kulit pucat,dingin dan lembab
4. Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
5. Haus
6. Mual dan muntah
7. Lemah dan pusing
8. Merasa seperti mau kiamat, gelisah

Penanganan syok
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang
atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki.
3. Pakaian penderita dilonggarkan
4. Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
5. Tenangkan penderita
6. Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
7. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
8. Jangan beri makan dan minum.
9. Periksa berkala tanda vital secara berkala
10.Rujuk ke fasilitas kesehatan

BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)DAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)

Sistem pernapasan dan sirkulasi

a. Sistem pernapasan, fungsi :
Mengambil oksigen
Mengeluarkan CO2
Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )

Susunan saluran napas :
1. Mulut/hidung
2. Faring
3. Larings
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).

b. Sistem sirkulasi, fungsi :
Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Membantu membekukan darah bila terjadi luka

Sistem sirkulasi, terdiri dari :
1. Jantung
2. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
3. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
4. Saluran limfe


Pengertian mati klinis dan mati biologis

Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.

Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).

Tanda-tanda pasti mati :
a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.

Empat Komponen Rantai Survival :
a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut

Tiga Komponen Bantuan Hidup Dasar :
a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.


Dua macam penyebab utama sumbatan jalan napas :
a. Lidah : ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
b. Benda asing : ( pada bayi dan anak kecil )

Dua macam cara membuka jalan napas
a. Teknik angkat dagu-tekan dahi : (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang belakang).
b. Perasat pendorongan rahang bawah : (jaw thrust maneuver)

Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
Dua Teknik untuk membersihkan jalan napas :
a. Menempatkan posisi pemulihan
b. Sapuan jari

Mengenali sumbatan jalan napas
1. Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan
seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
2. Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran.

Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
a. Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
b. Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada


Prinsip dasar bantuan pernapasan
Dua Teknik bantuan pernapasan :

1. Menggunakan mulut penolong :
a. mulut ke masker RJP
b. mulut ke APD
c. mulut ke mulut/ hidung

2. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
a. penyebaran penyakit
b. kontaminasi bahan kimia
c. muntahan penderita

Frekwensi pemberian napas buatan untuk masing-masing kelompok umur penderita.
a. Dewasa : 10-12 x pernapasan / menit, masing-masing 1,5-2 detik
b. Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik
c. Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik
d. Bayi baru lahir : 40 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik

Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas :

1. Tanda pernapasan adekuat :
a. Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
b. Penderita tampak nyaman
c. Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )

2. Tanda pernapasan kurang adekuat :
a. Gerakan dada kurang baik
b. Ada suara napas tambahan
c. Kerja oto bantu napas
d. Sianosis ( kulit kebiruan )
e. Frekuensi napas kurang/ berlebih
f. Perubahan status mental

3. Tanda tidak bernapas :
a. Tidak ada gerakan dada / perut
b. Tidak terdengar aliran udara melalui mulut / hidung
c. Tidak terasa hembusan napas dari mulut / hidung.

Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
a. Dewasa: 4 – 5 cm
b. Anak dan bayi : 3 – 4 cm
c. Bayi : 1,5 – 2,5 cm

Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
a. Tidak ada respon
b. Tidak ada napas
c. Tidak ada nadi
d. Alas RJP harus keras dan datar

a. Dua macam rasio pada RJP

1. Dewasa dikenal 2 rasio :
a. 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
b. 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus

2. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus

Catatan : untuk rasio pada tindakan RJP terjadi perubahan, tetapi karena buku acuannya
belum diterbitkan, maka dari redaksi GHIENT belum berani menampilkannya.

b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
1. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
2. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
3. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi,
menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )

c. Enam tanda RJP dilakukan dengan baik
1. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan
kita cukup baik.
2. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
3. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
4. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
5. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
6. Nadi akan berdenyut kembali

d. Lima macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP :
1. Patah tulang dada/ iga
2. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
3. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
4. Luka dan memar pada paru-paru
5. Robekan pada hati

e.Empat keadaan dimana tindakan RJP di hentikan, yaitu :
1. penderita pulih kembali
2. penolong kelelahan
3. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
4. jika ada tanda pasti mati

f.Kesalahan pada RJP dan akibatnya

KESALAHAN AKIBAT

1. Penderita tdk berbaring pd bidang keras PJL kurang efektif

2. Penderita tidak horisontal Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang

3. Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu

4. Kebocoran saat melakukan napas buatan Napas buatan tidak efektif

5. Lubang hidung kurang tertutup rapat dan Napas buatan tidak efektif
mulut penderita kurang terbuka

6. Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam paru-paru

7. Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang

Lomba Pertolongan Pertama Indoor

PENILAIAN KEADAAN

Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada penderita :
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.
Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.
Tindakan saat tiba di lokasi Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
• Nama Penolong
• Nama Organisasi
• Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
• Kejadian itu sendiri.
• Penderita (bila sadar).
• Keluarga atau saksi.
• Mekanisme kejadian.
• Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
• Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban.
langkah penilaian dini :
a. Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma : Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis : Tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita Terdapat 4 tingkat Respons penderita :
A = Awas Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.

Catatan :
untuk saat ini, penekanan pada tulang dada sudah tidak diperbolehkan lagi untuk menjaga kemungkinan kalau di daerah tersebut (dada) terjadi cedera, sehingga apabila dilakukan penekanan akan menambah parah cedera tersebut.

T = Tidak respon Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.

c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway). Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.

1. Pasien dengan respon Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
2. Pasien yang tidak respon Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga
mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas.

d. Menilai pernapasan (Breathing) Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.

Pernapasan yang cukup baik mempunyai tanda :
1. Dada naik dan turun secara penuh
2. Bernapas mudah dan lancer
3. Kualitas pernapasan normal (<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak – anak, 20 x/menit bayi)

Pernapasan yang kurang baik
1. Dada tidak naik atau turun secara penuh
2. Terdapat kesulitan bernapas
3. Cyanosis (warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
4. Kualitas pernapasan tidak normal

e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.

f. Hubungi bantuan Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan (Inspection)
2. Perabaan (Palpation)
3. Pendengaran (Auscultation)

Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara rinci. Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat. Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.

Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :

P : Perubahan bentuk (Deformities) - caranya : bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L : Luka Terbuka (Open Ijuries) - caranya : biasanya terlihat adanya darah
N : Nyeri (Tenderness) - caranya : daerah yang cedera lunak bila ditekan
B : Bengkak (Swelling) - caranya : daerah yang cedera mengalami
pembengkakan

Beberapa tanda cedera mungkin dapat jelas terlihat, banyak yang tidak terlihat
dan menyimpan serius cedera potensial.
Dengarkan penderita. Dengan mendengarkan dapat menunjukkan kepedulian dan memungkinkan mendapat informasi.
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1. Kepala
a. Kulit Kepala dan Tengkorak
b. Telinga dan Hidung
c. Pupil Mata
d. Mulut

2. Leher
3. Dada
a. Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
b. Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
c. Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
a. Periksa rigiditas (kekerasan)
b. Periksa potensial luka dan infeksi
c. Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
d. Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
a. Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
b. Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah

Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi : termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak.

2. Frekuensi napas: juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah
4. Suhu : diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.

Denyut Nadi Normal :
Bayi : 120 - 150 x / menit
Anak : 80 - 150 x / menit
Dewasa: 60 - 90 x / menit

Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 - 50 x / menit
Anak : 15 - 30 x / menit
Dewasa : 12 - 20 x / menit

Riwayat Penderita

Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan
kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung tiga tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami. Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian. Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.

Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.

Pemeriksaan Berkelanjutan

Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi. Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.

Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat
di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman

Pelaporan dan Serah terima

Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
• Umur dan jenis kelamin penderita
• Keluhan Utama
• Tingkat respon
• Keadaan jalan napas
• Pernapasan
• Sirkulasi
• Pemeriksaan Fisik yang penting
• KOMPAK yang penting
• Penatalaksanaan
• Perkembangan lainnya yang dianggap penting

Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban dari tangan anda. Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
sumber :Pedoman PP Mabes PMI.

Lomba RJP

Latihan RJP

PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA (PRS)

1. U M U M
Berbagai upaya pelatihan remaja telah dilaksanakan dalam system Palang Merah Indonesia. Pelatihan-pelatihan diarahkan untuk lebih berorientasi pada perubahan perilaku. Berdasarkan beberapa kajian, di kalangan remaja pendekatan YOUTH PEER EDUCATION atau PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA (PRS) diangap sebagai metode pembelajaran yang tepat. Dasar pertimbangannya adalah karena kelompok remaja merupakan kelompok unik dalam masyarakat. Mereka cenderung lebih dekat, lebih terbuka dan lebih sering berbicara perihal aspek-aspek kepribadian tertentu dengan remaja sebaya lainnya,daripada dengan orang tua atau guru.

Pendekatan PRS ini lebih menitikberatkan pada pembelajaran tidak resmi, dalam bentuk omong-omong antar remaja sebaya tentang permasalahan kesehatan dan kesejahteraannya. Sedangkan guru dan orang tua diharapkan mendukung (sebagai motivator) kegiatan tersebut. Palang Merah Indonesia mewadahi kegiatan tersebut sebagai bagian terpadu dari kegiatan pembinaan remaja.

2. SITIMATIKA
Pedoman Pelatihan Remaja Sebaya (PRS) ini terdiri atas 6 modul yaitu :
MODUL I : PENGEMBANGAN POTENSI DIRI
Topik 1 : Tumbuh Kembang remaja
Topik 2 : Pengembangan Potensi Diri
Topik 3 : Keputusan Yang Baik

MODUL II : NORMA SOSIAL DAN PERILAKU BERESIKO
Topik 1 : Norma Sosial
Topik 2 : Perilaku Berisiko

MODUL III : KESEHATAN REPRODUKSI
Topik 1 : Alat dan Fungsi Reproduksi
Topik 2 : Pacaran dan Senggama
Topik 3 : Kehamilan dini dan Aborsi
Topik 4 : Penyakit Hubungan Seksual (PHS)
Topik 5 : Keluarga Berencana (KB)

MODUL IV : HIV / AIDS
Topik 1 : Pengetahuan Dasar Tentang AIDS
Topik 2 : Bagaimana Mengetahui Seseorang Mengidap HIV
Topik 3 : Penularan HIV
Topik 4 : Perlindungan Terhadap AIDS
Topik 5 : Santunan Terhadap Penderita AIDS


MODUL V : MASALAH KESEHATAN LAIN
Topik 1 : Rokok
Topik 2 : Alkohol
Topik 3 : Penyalahgunaan Obat
Topik 4 : Hepatitis - B
Topik 5 : Tuberculosis

MODUL VI : PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA (PRS)
Topik 1 : Keluarga
Topik 2 : Teman Sebaya
Topik 3 : Pendidikan Remaja Sebaya (PRS)
Topik 4 : Rujukan


3. PELATIHAN
1. Pelatih Inti ( core trainers)
2. Fasilitator
3. Pelatih Remaja Sebaya (PERAYA)

4. PELAKSANAAN PELATIHAN

1. Tahap 1 : PEMBAHASAN
a. Pemanasan melalui penerapan beberapa metode, antara lain :
- Pengajuan pertanyaan-pertanyaan
- Telaah/studi kasus
- Drama/ simulasi
- Permainan, atau
- Penugasan
b. Diskusi kelompok maupun pleno untuk membahas materi, berangkat dari isyu-isyu yang berkembang dalam pemanasan/ permainan

2. Tahap 2 : PENYIMPULAN MATERI BAHASAN
Berisi penyimpulan materi bahasan dari hasil pemanasan maupun diskusi dengan merujuk Kunci Materi sebagai bahasan utama serta masukkan dan pendapat peserta yang berkembang selama proses pembahasan sebagai catatan pelengkap. Bila ada kasus/ permasalahan yang belum terpecahkan selamakegiatan pemanasan, dicatat dan dikonsultasikan kepada nara sumber. Hasil konsultasi tersebut, selanjutnya disampaikan Lagi kepada peseerta. Akhir dari penyimpulan, dapat pula ditambahkan dengan pembentukan kesepakatan tersebut, digunakan sebagai acuan bagi aksi-aksi pelatih remaja sebaya (Peraya) dalam lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

5. TINDAK LANJUT PELATIHAN

Setelah para Pelatih Remaja Sebaya (PERAYA) dilatih, diharapkan mereka akan melaksanakan pelatihan serupa kepada teman, sahabat, kerabat, yang sebaya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kasus-kasus yang ditemui, masalah yang dihadapi, penyelesaian masalah yang ad, serta keberhasilan maupun kendala selama pelaksanaan PRS diharapkan dicatat secara rapi dalam satu Buku Harian PRS.
Secara periodik, diselengarakan Temu PERAYA, yang dihadiri oleh para pelatih inti, fasilitator dan PERAYA bila perlu diundang nara sumber untukmemberikan klarifikasi permasalahan aktual yang dirasa paling mendesak.
Sumber : Pedoman PRS Mabes. PMI