YOUTH FOR THE FUTURE

SELAMAT DATANG DI BLOG PMR UNIT SMPN 18 KOTA BOGOR

Sabtu, 18 Desember 2010

Teknik menolong di air

Dalam melakukan pertolongan, kecepatan bukanlah segalanya. Ketepatan yang di dasari oleh keselamatan adalah unsur yang harus diutamakan. Satu hal yang perlu diingat, menolong korban di air tidak perlu menjadi basah. Prinsip utamanya adalah menolong dengan teknik se-aman mungkin bagi penolong.

Berikut di bawah ini beberapa teknik menolong orang di air dari mulai yang paling aman :

RAIH

Ini adalah teknik yang paling aman sehingga dapat dilakukan oleh yang tidak bisa renang sekalipun. Dengan cara menggunakan tongkat sehingga dapat mencapai korban dan menariknya ke tepi.

Kelemahan : Hanya dapat menggapai korban yang berada di dekat tepi air.

Perhatian : Jika tarikan korban/arus air terlalu kuat sehingga anda merasa tertarik ke arah air, maka lepaskanlah tongkat tadi. INGAT keselamatan diri anda yang paling utama.

LEMPAR

Jika tidak dapat menemukan tongkat yang cukup panjang untuk mencapai korban, maka carilah bahan yang bisa mengapung (ringbuoy, jerigen dll), bisa juga menggunakan tali. Lemparkan bahan tadi ke arah korban. Jika anda berada di kolam renang umum, maka gunakanlah ringbuoy (ban pelampung) yang ada di tepi kolam.

Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini berfungsi supaya korban melihat benda dan arah lemparan kita. mengkombinasikan pelampung dengan tali sangat berfungsi saat lemparan kita tidak tepat.

Kelemahan : Kadang lemparan kita tidak pas pada korban, sehingga sering kali pelampung yang kita lempar menjadi sia-sia.

Perhatian : Kadang lemparan terlalu dekat sehingga kita terpancing untuk mengambil pelampung itu kembali. tindakan ini sangat membahayakan kita terutama bagi yang tidak bisa renang. Lebih baik cari pelampung yang lain untuk dilempar. Tali lempar, tidak boleh diikatkan di tubuh penolong, karena akan membahayakan bila arus sangat deras atau tarikan korban terlalu kuat.

DAYUNG

Jika anda sedang di perahu (terutama jenis kano/kayak) berhati-hatilah saat mendekati korban. Kekuatan korban saat panik sangat berbahaya dan dapat membalikkan perahu yang anda tumpangi.

Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan tempat kita duduk. Hal ini dimaksudkan apabila perahu terbalik, posisi kita agak jauh dari korban sehingga mengurangi resiko tertangkap korban.

Perhatian : Jika anda menggunakan perahu kecil, anda tidak bisa berenang dan tidak menggunakan jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha untuk mendekati korban.

RENANG

Berenang mendekati korban adalah pilihan terakhir jika cara lain tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Pengetahuan kita tentang karakteristik korban yang sedang tenggelam akan sangat menentukan teknik yang dipilih saat melakukan pertolongan. Tentunya disesuaikan dengan karakteristik korbannya.

Secara umum, korban yang sedang tenggelam di bagi menjadi 4 tipe :

1. Bukan seorang perenang (non swimmer)

Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik

* Posisi badan terlihat tegak lurus dengan permukaan air (vertikal)
* Gerakan kasar dan cenderung tidak berpola
* Wajah terlihat sangat panik
* Arah tatapan tidak jelas
* Hanya fokus untuk mengambil napas

Saat ditolong

* Mungkin akan berusaha untuk meraih penolong
* Tidak dapat mengikuti perintah atau tidak dapat komunikasi
* Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung panik jika ditolong dalam keadaan horisontal
* Selalu berusaha kepala dan dada berada di atas permukaan air

Yang di perhatikan penolong

* Korban tipe ini sangat berbahaya bagi penolong
* Sebisa mungkin hindari pertolongan dengan menggunakan teknik contact rescue /tow

2. Perenang yang cidera

Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik

* Posisi badan mungkin terlihat agak aneh tergantung dari bagian tubuh yang cidera
* Gerakan terbatas disebabkan oleh cidera
* Wajah terlihat cemas, bahkan mungkin terlihat kesakitan
* Bisa terjadi panik

Saat ditolong

* Mungkin tidak merespon perintah karena lebih fokus terhadap rasa sakitnya
* Berusaha mempertahankan posisi karena biasanya memegangi area yang cidera

IYang diperhatikan penolong

* Kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak aneh (sesuai cideranya)
* Perhatikan cidera yang dialami

3. Perenang yang kelelahan

Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik

* Terlihat pola kayuhan yang lemah
* Posisi badan biasanya membentuk sudut dengan permukaan air
* Wajah memandang ke tepian atau perahu yang di dekatnya
* kepala kadang tidak terlihat
* dapat melambai untuk meminta bantuan
* Wajah mungkin terlihat lelah atau cemas

Saat ditolong

* Merespon perintah penolong dengan baik
* Kooperatif saat ditawarkan bantuan
* Bisa di topang dalam keadaan terlentang

Yang diperhatikan penolong

* Dapat ditolong menggunakan teknik contact rescue
* Lebih mudah untuk ditolong

4. Tidak sadar (pasif)

Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik

* Terlihat tidak bergerak
* Mungkin hanya terlihat sebagian punggung
* Mungkin hanya terlihat puncak kepala saja
* Wajah biasanya menghadap ke dasar

Saat ditolong

* Tidak kooperatif
* Mungkin akan cukup sulit untuk melakukan manuver terhadap tubuh korban

Yang diperhatikan penolong

* Buoyancy korban sangat bervariasi
* Membutuhkan pertolongan dengan teknik contact rescue
* Perhatikan pernapasan korban, jika tidak bernapas lakukan sesegera mungkin bantuan napas
* Penggunaan alat bantu apung (pelampung) akan sangat membantu dalam pemberian napas
* Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif – aktif, yaitu keadaan dimana korban terlihat pasif (tidak bergerak) namun saat di sentuh berubah menjadi aktif. Ini sangat membahayakan penolong. Oleh karena itu lakukan teknik mendekati korban dengan benar.

Selain karakteristik korban tadi, juga diperlukan kemampuan untuk memperkirakan buoyancy dari korban dengan melihat postur tubuh terutama saat melakukan contact tow. Korban yang gemuk cenderung akan mudah mengapung, namun akan lebih berat saat menariknya ke tepi. Sebaliknya korban yang kurus cenderung akan mudah tenggelam, namun akan lebih ringan saat menariknya ke tepi.

Pertolongan di air

Ketrampilan pertolongan di air merupakan bagian dari keselamatan di air. Artinya jika anda ingin mempelajari pertolongan di air, anda wajib memahami terlebih dahulu keselamatan di air.

Seorang penolong harus dibekali dengan beberapa keahlian dasar

1. Keselamatan di air. Meliputi kemampuan mengenal potensi bahaya dan bagaimana mengatasinya
2. Memahami teknik pertolongan. Mulai dari yang paling aman sampai yang beresiko tinggi.
3. Renang. Kemampuan renang sangat dibutuhkan jika contact rescue adalah pilihan satu-satunya
4. Resusitasi Jantung Paru (RJP / CPR). Keahlian ini akan sangat dibutuhkan mengatasi kasus henti napas dan jantung yang sering terjadi pada korban tenggelam
5. Pertolongan Pertama / First Aid. Terutama untuk cidera-cidera yang sering terjadi di perairan

Apa yang harus kita lakukan bila melihat kecelakaan di air ?

1. Pastikan keselamatan anda terlebih dahulu. Abaikan orang lain jika anda sendiri sedang dalam posisi yang membahayakan diri anda
2. Pastikan keselamatan orang-orang di sekitar anda
3. Perhatikan potensi bahaya susulan yang mungkin bisa menimpa anda atau orang-orang di sekitar anda
4. Kenali karakteristik korban yang akan anda tolong
5. Lakukan pertolongan menggunakan teknik pertolongan yang paling aman dan efektif .
6. Jika terjadi terdapat banyak korban, tolonglah yang terdekat dan termudah terlebih dahulu
7. Setelah korban di tepi, lakukan pertolongan sesuai dengan cidera yang terjadi
8. Selimuti korban untuk mencegah hipothermia
9. Segera bawa korban ke pelayanan medis terdekat. Penanganan lebih lanjut mungkin saja diperlukan.

jangan remehkan pertolongan pertama

JANGAN remehkan pertolongan pertama. Artinya, pertolongan pertama sangat dibutuhkan untuk kondisi darurat. Selain itu, juga bisa menolong jiwa orang tersebut.

Karena itu, tidak ada salahnya mempelajari pertolongan pertama tersebut. Keadaan yang darurat bukan lagi menjadi satu hal yang aneh. Tetapi sayangnya, keadaan tersebut justru terkadang menjadi tontonan bagi mereka yang tidak tahu harus berbuat apa. Karena itu, penting sekali bagi setiap orang untuk mempelajari pemberian pertolongan pertama karena bisa sangat berarti untuk keselamatan nyawa seseorang.

Saat seseorang mengalami kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba, maka yang dibutuhkan ialah pertolongan pertama kepada orang yang mendapat kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) juga merupakan usaha untuk menyelamatkan nyawa mereka yang harus mendapat pertolongan.

“Pertolongan pertama merupakan suatu tindakan yang dilakukan segera setelah mengetahui adanya kondisi yang tidak seharusnya terjadi pada seseorang baik trauma maupun nontrauma, terlebih lagi jika kondisi tersebut mengancam nyawa,” ucap Kepala Gawat Darurat di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, dr Ugi Sugiri SpEM.

Ugi menjelaskan, pertolongan pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda. Selain itu, juga harus tepat sehingga akan meringankan rasa sakit korban. Pertolongan pertama ini biasanya diberikan orang-orang di sekitar korban, yakni menghubungi petugas kesehatan terdekat.

Pertolongan ini pun harus diberikan secara cepat dan tepat, sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh, bahkan bisa menyebabkan kematian.

”Pertolongan pertama merupakan suatu hal yang jelas-jelas sangat penting, tentunya harus dilakukan oleh orang yang berkompeten,” tutur dokter umum yang juga berpraktik dan tergabung dalam tim dokter dari Medic One, Jakarta ini.


Untuk orang awam, kondisi yang tidak seharusnya terjadi pada seseorang kadang tidak disadari bahwa hal tersebut berpotensi pada ancaman nyawa seseorang, misal anak panas bisa menyebabkan kejang, atau mimisan (perdarahan hidung) yang bisa menyebabkan kehilangan banyak darah.

”Itulah sebabnya mengapa pertolongan pertama harus diajarkan pada siapa saja, bahkan First aid training ini sebaiknya sudah diajarkan atau diperkenalkan pada murid sekolah dasar mulai dari kelas satu,” saran Ugi.

Tujuan dari pertolongan pertama ini adalah untuk mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis.
Oleh karena itu, tindakan pertolongan pertama ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosis penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami.

Ugi menegaskan, yang jelas, pertolongan pertama ini diberikan pada seseorang dengan kondisi true life saving, seperti tidak sadar, henti napas, henti jantung, dan kejang. Atau penderita yang juga dengan kondisi yang berpotensi ancaman nyawa, luka dengan perdarahan, panas tinggi, patah tulang, gigitan serangga, alergi dan lainnya.

”Dalam memberikan pertolongan pertama, yang perlu diperhatikan adalah lakukan selama mampu, tetap tenang, gunakan alat aman di sekitar kita, melindungi diri dalam situasi ”danger area”, dan komunikasi dengan fasilitas kesehatan lebih lanjut,” jelas dokter lulusan Universitas Trisakti Fakultas Kedokteran ini.

Saat ini banyak institusi yang menyelenggarakan “first aid training”, pengetahuan ini yang harus mereka miliki sebagai dasar, karena di dalamnya memberikan pengetahuan tentang kondisi-kondisi kegawatan yang sering ditemukan sehari-hari serta penanganannya.

”Melatih orang agar terus waspada terhadap kondisi darurat menjadi hal yang utama, setidaknya mereka tahu bagaimana dasar yang harus dilakukan saat melakukan pertolongan pertama, dan itu bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan pertolongan pertama,” jelas Associate Director Medic One, Eldrin Kumendong.

Hal itu juga yang dilakukan Medic One, sebuah perusahaan Emergency Medical Services (EMS) atau pelayanan bantuan medis darurat 24/7/365, yang didirikan oleh sejumlah dokter, paramedis, dan para profesional yang bergerak di bidang kesehatan, yang sangat memperhatikan terhadap kondisi kritis bagi masyarakat yang memerlukan bantuan dan tindakan yang cepat dan tanggap dalam menghadapi kondisi darurat.

”Kata kunci untuk melakukan pertolongan pertama dalam keadaan darurat adalah tidak panik dan dengan memperhatikan DR. ABC, yaitu Danger, Respons, Air way, Breathing, dan Circulations,” tuturnya.

D untuk danger, sebagai penolong, dia harus mengerti betul akan keadaan,termasuk keadaan bahaya, jangan sampai si penolong menjadi korban berikutnya. Perhatikan apakah keadaan sudah aman untuk korban dan kemudian apakah ada bahaya untuk kita. ”Segala sesuatu harus diperhitungkan, termasuk kondisi lingkungan,” tandasnya.

R untuk response, sama dengan kesadaran, kita harus mengecek kesadaran si pasien, bisa dimulai dengan memanggil. Jika dipanggil tidak berkali-kali sampai ia merespons, lakukan dengan sentuhan, sentuh penderita dengan punggung tangan kita.

”Jika ia merespons saat dipanggil, berarti kesadarannya masih tinggi, tetapi jika sadar dengan sentuhan berarti kesadarannya sudah melemah,” paparnya.

Jika penderita masih belum merespons juga, sadarkan dengan menekan (seperti mencubit) bagian pangkal kuku, supaya tidak berbekas. Jika ada respons, kita bisa lega. Jika sudah sadar, lakukan pengecekan, misal tidak ada kemungkinan patah tulang, atau yang lain. Cek respons juga bisa dilakukan dengan memberi bau sesuatu dekat hidung, seperti bau minyak kayu putih.

A untuk Air way atau jalan napas. Berikan jalan napas agar penderita menjadi terjaga. Jangan biarkan penderita dalam keadaan tidak mendapatkan udara. Tengokkan kepala ke sebelah kanan atau kiri, kemudian di dongakkan. Setelah jalan napas terbuka dengan keadaan mulut terbuka, lihat rahang dalamnya. Bantu untuk bersihkan jika ada sesuatu yang mengganggu jalan napasnya.

B untuk breathing atau bernapas. Jika air way sudah bersih, cek apakah jalan napasnya masih terbuka atau tidak, dengan cara look, lesson and feel. Lihat apakah jantungnya masih berdetak, dengarkan jantungnya dan rasakan. Tempelkan sedekat mungkin kepala kita dengan dada korban. Look atau lihat apakah dada naik turun, jika ya, berarti penderita menandakan napas, lesson atau dengarkan suara napasnya. Dan feel, rasakan jika ada napas.

”Jika seseorang bernapas dekat dengan kita, kita akan merasakan bulu roma menjadi merinding,” ujarnya.

Jika teknik lihat, dengarkan dan rasakan tidak ampuh, maka kita bisa melakukan teknik CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau resutisasi pijat jantung.

”CPR harus dilakukan oleh orang yang juga mengerti tekniknya, jika tidak bisa melakukan teknik ini, maka sebaiknya tidak perlu melakukan karena dikhawatirkan akan mengancam nyawanya,”

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DALAM KEGIATAN ALAM TERBUKA

Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini berarti:

1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.
2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban.

DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu menguasai setiap keadaan.

a. Prinsip Dasar

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut diantaranya:

1.

Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
2.

Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
3.

Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

b. Sistematika Pertolongan Pertama

Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :

1. Jangan Panik

Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.

Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.

3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.

Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.

1.

Pendarahan.

Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

5. Perhatikan tanda-tanda shock.

Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.

6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

KASUS-KASUS KECELAKAAN ATAU GANGGUAN DALAM KEGIATAN ALAM TERBUKA

Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam kegiatan di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:

a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.

Gejala

*

Perasaan limbung
*

Pandangan berkunang-kunang
*

Telinga berdenging
*

Nafas tidak teratur
*

Muka pucat
*

Biji mata melebar
*

Lemas
*

Keringat dingin
*

Menguap berlebihan
*

Tak respon (beberapa menit)
*

Denyut nadi lambat

Penanganan

1.

Baringkan korban dalam posisi terlentang
2.

Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
3.

Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
4.

Beri udara segar
5.

Periksa kemungkinan cedera lain
6.

Selimuti korban
7.

Korban diistirahatkan beberapa saat
8.

Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >> posisi stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan

b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.

Gejala dan tanda dehidrasi

Dehidrasi ringan

*

Defisit cairan 5% dari berat badan
*

Penderita merasa haus
*

Denyut nadi lebih dari 90x/menit

Dehidrasi sedang

*

Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
*

Nadi lebih dari 90x/menit
*

Nadi lemah
*

Sangat haus

Dehidrasi berat

*

Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
*

Hipotensi
*

Mata cekung
*

Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
*

Kejang-kejang

Penanganan

*
1.

Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
2.

mengganti elektrolit yang lemah
3.

Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
4.

Memberantas penyebabnya
5.

Rutinlah minum jangan tunggu haus

c. Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.

Gejala

*

Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
*

Terdengar suara nafas tambahan
*

Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
*

Irama nafas tidak teratur
*

Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
*

Kesadaran menurun (gelisah/meracau)

Penanganan

1.

Tenangkan korban
2.

Bawa ketempat yang luas dan sejuk
3.

Posisikan ½ duduk
4.

Atur nafas
5.

Beri oksigen (bantu) bila diperlukan

d. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan dll.

Gejala

*

Kepala terasa nyeri/berdenyut
*

Kehilangan keseimbangan tubuh
*

Lemas

Penanganan

1.

Istirahatkan korban
2.

Beri minuman hangat
3.

beri obat bila perlu
4.

Tangani sesuai penyebab

e. Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.

Gejala

*

Perut terasa nyeri/mual
*

Berkeringat dingin
*

Lemas

Penanganan

1.

Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
2.

Beri minuman hangat (teh/kopi)
3.

Jangan beri makan terlalu cepat

f. Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.

Gejala

*

Nyeri di dada
*

Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
*

Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
*

Denyut nadi tak teraba/lemah
*

Gangguan nafas
*

Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
*

Kepala terasa ringan
*

Lemas
*

Kulit berubah pucat/kebiruan
*

Keringat berlebihan

Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.

Penanganan

1.

Tenangkan korban
2.

Istirahatkan
3.

Posisi ½ duduk
4.

Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5.

Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6.

Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7.

Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)

f. Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.

Gejala

*

Seolah-olah hilang kesadaran
*

Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
*

Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas

Penanganan

1.

Tenangkan korban
2.

Pisahkan dari keramaian
3.

Letakkan di tempat yang tenang
4.

Awasi

g. Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.

Gejala

*

Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
*

Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
*

Kadang disertai pusing

Penanganan

1.

Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2.

Tenangkan korban
3.

Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4.

Diminta bernafas lewat mulut
5.

Bersihkan hidung luar dari darah
6.

Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama

h. Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.

Gejala

*

Nyeri pada otot
*

Kadang disertai bengkak

Penanganan

1.

Istirahatkan
2.

Posisi nyaman
3.

Relaksasi
4.

Pijat berlawanan arah dengan kontraksi

i. Memar yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.

Gejala

*

Warna kebiruan/merah pada kulit
*

Nyeri jika di tekan
*

Kadang disertai bengkak

Penanganan

1.

Kompres dingin
2.

Balut tekan
3.

Tinggikan bagian luka

J. Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.

Gejala

*

Bengkak
*

Nyeri bila tekan
*

Kebiruan/merah pada derah luka
*

Sendi terkunci
*

Ada perubahan bentuk pada sendi

Penanganan

1.

Korban diposisikan nyaman
2.

Kompres es/dingin
3.

Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4.

Tinggikan bagian tubuh yang luka

k. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan/injury.

Gejala

*

Terbukanya kulit
*

Pendarahan
*

Rasa nyeri

Penanganan

1.

Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
2.

Tutup luka dengan kasa steril/plester
3.

Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4.

Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:

1.

Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
*

Keluarkan tanpa menyinggung luka
*

Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
*

Evakuasi korban ke pusat kesehatan
2.

Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

l. Pendarahan yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja, dan waktu apa saja. Penghentian darah dengan cara

1.

Tenaga/mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll

1.

Fisika:

*

Bila dikompres dingin akan mengecil dan mengurangi pendarahan
*

Bila dengan panas akan terjadinya penjedalan dan mengurangi

1.

Kimia: Obat-obatan
2.

Biokimia: vitamin K
3.

Elektrik: diahermik

m. Patah Tulang/fraktur yaitu rusaknya jaringan tulang, secara keseluruhan maupun sebagian

Gejala

*

Perubahan bentuk
*

Nyeri bila ditekan dan kaku
*

Bengkak
*

Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
*

Ada memar (jika tertutup)
*

Terjadi pendarahan (jika terbuka)

Jenisnya

*

Terbuka (terlihat jaringan luka)
*

Tertutup

Penanganan

1.

Tenangkan korban jika sadar

Untuk patah tulang tertutup

1.
1.

Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang luka bias digerakan/diangkat)

Sensasi (respon nyeri)

Sirkulasi (peredaran darah)

1.
1.

Ukur bidai disisi yang sehat
2.

Pasang kain pengikat bidai melalui sela-sela tubuh bawah
3.

Pasang bantalan didaerah patah tulang
4.

Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka
5.

Ikat bidai
6.

Periksa GSS

Untuk patah tulang terbuka

1.Buat pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang mencuat

2.Tutup tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin

3.Ikat dengan ikatan V

4.Untuk selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutup

*
1.

Tujuan Pembidaian

1.
1.
1.

Mencegah pergeseran tulang yang patah
2.

memberikan istirahat pada anggota badan yang patah
3.

mengurangi rasa sakit
4.

Mempercepat penyembuhan

n. Luka Bakar yaitu luka yangterjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)

Penanganan

1.

Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen
2.

Perhatikan keadaan umum penderita
3.

Pendinginan

*

Membuka pakaian penderita/korban
*

Merendam dalam air atau air mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk daerah wajah, cukup dikompres air

1.

Mencegah infeksi
*

Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat melekat pada luka
*

Penderita dikerudungi kain putih
*

Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, kecap dll
2.

Pemberian sedative/morfin 10 mg im diberikan dalam 24 jam sampai 48 jam pertama
3.

Bila luka bakar luas penderita diKuasakan
4.

Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam 24-48 jam pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan.
5.

Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh.

o. Hipotermia yaitu suhu tubuh menurun karena lingkungan yang dingin

Gejala

*

Menggigil/gemetar
*

Perasaan melayang
*

Nafas cepat, nadi lambat
*

Pandangan terganggu
*

Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat

Penanganan

1.

Bawa korban ketempat hangat
2.

Jaga jalan nafas tetap lancar
3.

Beri minuman hangat dan selimut
4.

Jaga agar tetap sadar
5.

Setelah keluar dari ruangan, diminta banyak bergerak (jika masih kedinginan)

p. Keracunan makanan atau minuman

Gejala

*

Mual, muntah
*

Keringat dingin
*

Wajah pucat/kebiruan

Penanganan

1.

Bawa ke tempat teduh dan segar
2.

Korban diminta muntah
3.

Diberi norit
4.

Istirahatkan
5.

Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

q. Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah:

*

Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
*

Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut

Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:

1. Gigitan Ular

Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:

*
1.

Hematotoksin (keracunan dalam)
2.

Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3.

Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)

Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.

Penanganan untuk Pertolongan Pertama:

1.

Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.
2.

Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
3.

Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan
*

Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
*

Letakkan daerah gigitan dari tubuh
*

Berikan kompres es
*

Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri
4.

Perawatan luka
*

Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
*

Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
5.

Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
6.

Perbaikan sirkulasi darah
*

Kopi pahit pekat
*

Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
*

Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
7.

Obat-obatan lain
*

Ats
*

Toksoid tetanus 1 ml
*

Antibiotic misalnya: PS 4:1

2. Gigitan Lipan

Ciri-ciri

1.

Ada sepasang luka bekas gigitan
2.

Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam

Penanganan

1.

Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2.

Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik

3. Gigitan Lintah dan Pacet

Ciri-ciri

1.

Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)

Penanganan

1.

Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2.

Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal

4. Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya

Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang sangat menyakiti.

Perhatian:

*

Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping
*

Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.

V. EVAKUASI KORBAN

Adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.

Prinsip Evakuasi

1.
1.

Dilakukan jika mutlak perlu
2.

Menggunakan teknik yang baik dan benar
3.

Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian

Alat Pengangutan

Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:

1. Manusia

Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.

Bila satu orang maka penderita dapat:

*

Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
*

Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
*

Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas
*

Dipanggul/digendong
*

Merayap posisi miring

Bila dua orang maka penderita dapat:

Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung.

*

Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
*

Model membawa balok
*

Model membawa kereta

2. Alat bantu

*

Tandu permanen
*

Tandu darurat
*

Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
*

Tali/webbing

Persiapan

Yang perlu diperhatikan:

1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkan penilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan gangguan persendian

2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi

3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut

4. Memilih alat

5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak daolam posisi benar

VI. FARMAKOLOGI

Farmakologi adalah pengetahuan mengenai obat-obatan. Yang dibahas disini hanya sekedar obat-obatan standar yang sering dibutuhkan dalam Kegiatan Alam Terbuka.

NO


Nama Obat


Kegunaan

1
CTM Alergi, obat tidur

2
Betadine Antiseptik

3
Povidone Iodine Antiseptik

4
Neo Napacyne Asma, sesak nafas

5
Asma soho Asma,sesak nafas

6
Konidin Batuk

7
Oralit Dehidrasi

8
Entrostop Diare

9
Demacolin Flu, batuk

10
Norit Keracunan

11
Antasida doen Maag

12
Gestamag Maag

13
Kina Malaria

14
Oxycan Memberi tambahan oksigen murni

15
Damaben Mual

16
Feminax Nyeri haid

17
Spasmal Nyeri haid

18
Counterpain Pegal linu

19
Alkohol 70% Pembersih luka/antiseptic

20
Rivanol Pembersih luka/antiseptic

21
Chloroetil (obat semprot luar) Pengurang rasa sakit

22
Pendix Pengurang rasa sakit

23
Antalgin Pengurang rasa sakit, pusing

24
Paracetamol Penurun panas

25
Papaverin Sakit perut

26
Vitamin C Sariawan

27
Dexametason Sesak nafas


Pertolongan Pertama adalah sebagai suatu tindakan antisipatif dalam keadaan darurat namun memiliki dampak yang sangat besar bagi penderita atau korban. Kesalahan diagnosa dan penanganan dapat mendatangkan bahaya yang lebih besar, cacat bahkan kematian. Satu hal yang perlu diingat adalah Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Serahkan penanganan selanjutnya (bila diperlukan) pada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.


Salah satu keluhan yang berhubungan dengan pernapasan yang sering ditemui adalah sesak napas. Gejala ini terjadi pada hampir semua penyakit atau gangguan saluran napas dan paru-paru, mulai dari batuk pilek biasa sampai penyakit paru-paru akut yang dapat berakibat fatal. Sebagai penolong pertama tidak mungkin untuk mengenali penyebab sesak napas dengan tepat, mengingat hal inipun cukup sulit bagi seorang dokter di rumah sakit.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyulit pada keadaan sesak napas termasuk keadaan yang mengancam nyawa seperti gagal jantung.
Seperti pada semua kasus kedaruratan medis kemampuan penolong untuk melakukan wawancara dan pemeriksaan akan banyak membantu penderita.
Gangguan pernapasan menyebabkan terganggunya proses masuknya oksigen dalam tubuh. Kasus medis yang terjadi pada saluran napas memiliki gejala dan tanda umum yang sama. Irama pernapasan menjadi cepat disertai upaya bernapas, napas terasa pendek dan udara terasa kurang. Kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan timbulnya warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir (sianosis).
Beberapa contoh gangguan pernapasan:

* Infeksi saluran napas atas dan bawah.
* Edema paru akut.
* Penyakit paru obstruktif menahun.
* Pneumotoraks spontan (udara dalam paru-paru karena kebocoran paru-­paru).
* Asma atau alergi.
* Sumbatan jalan napas.
* Emboli paru.
* Hiperventilasi.

Penyakit tersebut di atas sangat sulit dikenali dan memerlukan diagnosis medis.
Contoh di atas hanya untuk membantu penolong dalam melakukan wawancara untuk mencari riwayat penyakitnya.
Gejala dan tanda

* Sukar untuk menyelesaikan suatu kalimat tanpa berhenti untuk menarik napas.
* Suara napas tambahan.
* Tampak kerja otot bantu napas.
* Posisi tripod (segi tiga kokoh), tubuh condong ke depan, tegak, kedua tangan bertumpu pada lutut.
* Irama dan kualitas pernapasan tidak normal.
* Perubahan warna kulit (pucat, kemerahan atau sianosis).
* Perubahan status mental (mengacau, gelisah) dan lain-lain.
* Pada asma biasanya khas yaitu adanya bunyi mengi pada saat penderita mengeluarkan napas dan batuk yang riaknya terkesan sukar keluar.
* Nadi cepat.
* Di Indonesia masih banyak ditemukan kasus tuberkulosa, penderita ini biasanya batuk darah.
* Bila disertai demam maka penyebabnya biasanya adalah radang paru-paru.

Penatalaksanaan Pertolongan Pertama

1. Nilai pernapasan penderita apakan sudah mencukupi, berikan bantuan napas bila perlu.
2. Jaga agar jalan napas selalu terbuka.
3. Letakan penderita pada posisi yang paling nyaman biasanya duduk tegak.
4. Bila ada berikan oksigen sesuai ketentuan.
5. Tenangkan penderita. Akibat kurangnya udara penderita merasa sangat tidak nyaman dan ketakutan, jangan menganggap kasar perlakuannya.
6. Bawa penderita segera ke RS/dokter/Puskesmas terdekat.

Gangguan Sistem Pernapasan

Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.

1. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal.

2. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.

3. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.

4. Macam-macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:

a. Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
b. Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.
c. Laringitis, radng pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak serak.
d. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.
e. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.

5. Asfikasi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan).

6. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.

7. Difteri, adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang dihasilkan kuman difteri.

8. Emfisema, adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.

9. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.

10. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan di tekak atau amandel.

11. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium.

Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan

A. Kandungan Asap Rokok

Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel.komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hydrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen, dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
Asap yang dihembuskan para perokok dapat di bagi atas asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Terdapat 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping. Misalnya karbon monoksida, 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama , benzopiren 3 kali, dan ammonia 50 kali. Bahan bahan ini dapat bertahan di ruangan berjam jam lamanya.

B. Penyakit Akibat Merokok

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru.
Akibat perubahan anatomi saluran pernapasan tersebut, pada perokok akan timbul perubahan fungsi paru-paru. Merokok juga merupakan penyebab timbulnya penyakit obstruksi paru menahun, termasuk emfisema (pembengkakan paru-paru), bronkitis kronis. Dan asma.
Merokok menjadi pemicu utama penyebab penyakit kanker paru-paru. Hubungan tersebut telah diteliti dan akhirnya secara tegas memang bahwa rokok sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Dibandingkan dengan bukan seorang perokok, kemungkinan timbulnya kenker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lipat.
Gangguan yang ditimbulkan akibat merokok antara lain sebagai berikut.

1. Jantung Koroner

Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung koroner. Merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer.

2. Stroke

Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak sehingga pecah banyak dikaitkan dengan kegiatan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan bukan perokok

3. Memudahkan Terjangkit AIDS

Dalam penelitian yang banyak dilakukan di amerika serikat dan inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Ternyata merokok menurunkan kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terkena AIDS.

4. Gangguan Fisiologis

Nikotin menyebabkan ketagihan. Selain itu, nikotin juga merangsang pelepasan andrenalin, meningkatan frekuensi jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin juga dapat mengaktifkan trombositsehingga terjadi adhesi (penempelan) trombosit ke dalam pembuluh darah.

Karbon monoksida melarutkan hemoglobin, sehingga persediaan opksigen untuk jaringan tubuh menurun. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). CO membuat darah mengental dan mudah menggumpal

SISTEM PEREDARAN DARAH

sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah,pembulu darah,serta jantung. darah manusia terdiri dari plasma darahdan sel-sel darah,yaitu sel darah merah(eritrosit),sel darah putih(leukosit),dan keping darah (trombosit).di dalam sel darah merah terdapat pigmen protein pengikat oksigen dan karbon dioksida,yaitu hemoglobin.sel darah putih terdiri dari leokosit granulosit(netrofil,eosinofil,basofil) dan leokosit agranulosit(monosit,limfosit).trombosit berfungsi membekukan darah.di dalam sorum terdapat zat anti body(kekebalan).
pembulu darah meliputi pembulu nadi dan pembulu balik.peredaran darah manusia tergolong peredaran darah tertutup dan ganda.jantung sebagai alat pompa sekaligus alat isap,memiliki 4 ruang yang sempurna,pada sekat antara serambi kanan dan bilik kanan terdapat valvula trikuspidalis,sedangkan antara serambi kiri dan bilik kiri terdapat valvula bikuspidalis(kantup mitral).keadaan jantung saat mengempis(kontraksi) di sebut sistol dan saat mengendur(relaksi) di sebut diastol.
darah manusia digolongkan menjadi golongan a,b,o,dan ab.selain itu darah digolongkan berdasarkan faktor resus.

KELAINAN DAN GANGGUAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH

kelainan dan gangguan pada sistem peredaran darah dapat ditimbulkan karena pewarisan sifat .rusaknya alat peredaran darah akibat kecelakaan atou akibat mnakanan yang dikosumsi banyak mengandung lemak dan zat kaour.zak makanan tersebut dapat mengakibatkan penyumbatan pembnulu darah atou berkurangnya elastisitas otot jantung dalam mekanisme pompa dan isap.
kelainan atou gangguan pada sistem peredaran darah antara lain :
1.anemia (kurang darah) dikarenakan kurangnya kadar hb atou kurangnya jumblah eritrosit dalam darah.
2.vapises adalah pelebaran pembulu darah di betis
3.hemoroid(ambeen) adalah pelebaran pembulu darah di sekitar dubur
4.arteriosklerosis adalah pergeseran pembulu nadi atas timbunan atou endapan kapur
5.leokimia (kanker darah) ialah bertambahnya leokosit secara tak tekendali.

GANGGUAN KESADARAN & SINKOP (PINGSAN)

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal atau mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga atau tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus.1,2 Sistem aktivitas retikuler berfungsi mempertahankan kesadaran. Sistem ini terletak di bagian atas batang otak, terutama di mesensefalon dan hipothalamus. Lesi di otak, yang terletak di atas hipothalamus tidak akan menyebabkan penurunan kesadaran, kecuali bila lesinya luas dan bilateral. Lesi fokal di cerebrum, misalnya oleh tumor atau stroke, tidak akan menyebabkan coma, kecuali bila letaknya dalam dan mengganggu hipothalamus. Dalam memeriksa tingkat kesadaran, seorang dokter melakukan inspeksi, konversasi dan bila perlu memberikan rangsang nyeri.2
1. Inspeksi, memperhatikan apakah pasien berespon secara wajar terhdapa stimulus visual, auditoar, dan taktil yang ada disekitarnya
2. Konversasi, memperhatikan apakah pasien memberi reaksi wajar terhadap suara konversasi, atau dapat dibangunkan dengan suruhan atau pertanyaan yang disampaikan dnegan suara yang kuat
3. Nyeri.
Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu:2
1. Kompos mentis
2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness
3. Stupor / Sopor
4. Soporokoma / Semikoma
5. Koma

Sinkop
Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn” dan “koptein” yang berarti memutuskan.3 Secara medis, definisi dari sinkop adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke otak.4 Prognosis dari sinkop sangat bervariasi bergantung dari diagnosis dan etiologinya. Individu yang mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak pernah sinkop.3

ANS (sistem saraf autonom) secara otomatis mengontrol banyak fungsi tubuh, seperti pernapasan, tekanan darah, denyut jantung, dan kandung kemih. Ada berbagai macam penyebab syncope salah satunya jika darah tidak bersirkulasi dengan seharusnya, atau sistem saraf otonom tidak bekerja sebagaimana mestinya. Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan dalam enam kelompok yaitu vaskular, kardiak, neurologik-serebrovaskular, psikogenik, metabolik dan sinkop yang tidak diketahui penyebabnya. Kelompok vaskular merupakan penyebab sinkop terbanyak kemudian diikuti oleh kelompok kardiak.3

Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:5
1. penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsik atau terjadi penurunan klinis volume darah yang signifikan;
2. penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return
3. penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan perfusi serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini berbagi faktor umum, yaitu, gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan sementara kesadaran.

Penyebab Vaskular (Kelainan Tonus Vascular atau Volume Darah)
Hipotensi Orthostatik3
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20mmHg atau tekanna darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada saat seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke abdomen dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah balik vena secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Kondisi ini dapat asimptomatik tetapi dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing, gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop yang terjadi setelah makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh retribusi darah ke usus.
Penyebab lain hipotensi orthostatik adalah obat-obatan yang menyebabkan deplesi volume atau vasodilatasi. Obat-obat yang sering menyebabkan hipotensi orthostatik adalah:
• diuretika
• penghambat adrenergik alfa: terazosin
• Penghambat saraf adrenergik: guanetidin
• Penghambat ACE
• Antidepresan: MAO Inhibitor
• Alkohol
• Penghambat ganglion
• Vasodilator
• Obat-obatan hipotensif yang bekerja sentral: metildopa, clonidin

Sinkop Hipersensitivitas Sinus Carotid4,6
Sinkop karena hipersensitivitas dari sinus karotid diinduksi oleh tekanan pada baroreseptor di sinus karotis. Umumnya terjadi pada tight collar atau membelokan kepala ke satu sisi. Hal ini umum terjadi pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis meningkatan impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular block, vasodilatasi.

Penyebab Sinkop Neurogenik
Terminologi ini merupakan bentuk dari seluruh sinkop yang berasal dari sinyal saraf SSP yang berefek pada vaskular, khususnya pada Nucleus Tractus Solitarius (NTS). Sejumlah stimulus, yang terbanyak bersala dari viseral, dapat menghilangkan respon yang berakibat pengurangan atau hilang tonus simpatis dan diikuti dengan peningkatan aktivitas vagal. NTS pada medula mengintegrasikan stimulus afferen dan sinyal baroreceptor dengan simpatis efferen yang mempertahankan tonus vaskular. Beberapa studi mengatakan terdapat gangguan pada pengaturan kontrol simpatis dan juga sinyal baroreceptor.4,6

Sinkop Vasodepressor4
Sinkop jenis ini adalah hal yang umum terjadi. Predisposisi secara familial belum dapat dibuktikan. Faktor yang mendukung terjadinya sinkop umumnya emosi yang berlebihan, luka fisik (khususnya viseral). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, vasodilatasi dari persarafan adrenergik dipostulasikan terhadap berkurangnya resistensi perifer dimana cardiac output gagal untuk mengkompensasi seperti yang terjadi pada hipotensi. Stimulasi vagal kemudian terjadi dan menyebabkan bradikardia yang memicu kemungkinan untuk penurunan kembali tekanan darah. Efek Vagal lainnya adalah, prespiration, peningkatan aktivitas peristaltik, nausea, dan salivasi.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada
1. Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi
2. Pada seseornag yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah abdomen dan genitalia
3. Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitif

Sinkop Neurokardigenik6
Oberg dan Thoren telah mengobservasi bahwa ventrikel kiri dapat saja menjadi sumber persarafan yang memediasi terjadinya sinkop. Terjadi paradoxical bradikardia yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas serat autonom yang berasal dari ventrikel jantung. Sinkop sering terjadi pada situasi peningkatan aktivitas simpatik perifer dan venous pooling. Pada situasi ini, peningkatan kontraksi miokardial pada ventrikel kiri yang relatif kosong mengaktifkan mekanoreseptor dari miokardium dan saraf afferen vagus yang menghambat aktivitas simpatik dan meningkatkan aktivitas parasimpatik. Hasil dari vasodilatasi dan bradikardia menyebabkan sinkop. Walaupun reflex yang melibatkan mekanoreseptor miokardium umum diterima sebagai sebab dari sinkop neurokardiogenik, namun reflex lain juga diperkirakan terlibat. Sinkop neurocardiogenik sering terjadi sebagai stimulus dari rasa takut, emosi, atau nyeri yang tidak berasosiasi dengan venous pooling pada ekstremitas bawah.
Mekanisme yang mungkin melibatkan SSP dalam sinkop neurogenik masih belum dapat dijelaskan dnegan pasti, namun peningkatan tiba-tiba level serotonin dapat berefek pada menurunnya aktivitas simpatik. Endogen opioat dan adenosin juga dianggap terkait dalam patogenesis.

Neuralgia Glossofaringeal4,6
Sinkop karena neuralgia glossofaringeal ditandai dengan nyeri pada orofaring, fossa tonsilar atau ligah. Biasanya terjadi pada pasien dekade ke-6. Pada sebagian kecil kasus nyeri hebat yang dirasakan berujung pada sinkop. Sebagai sekuens berawal dari nyeri, bradikardia, dan kemudian sinkop. Kehilangan kesadaran yang terjadi lebih sering diasosiasikan dengan kondisi asistol daripada vasodilatasi. Mekanismenya melibatkan aktivasi impuls afferen pada saraf glossofaringeal yang diterminasi pada NTS di medulla secara kolateral dan mengaktifkan nukleus dorsal motor dari nervus vagus. Sebagai tambahan dari bradikardia, terdapat pula hipotensi yang terjadi karena efek inhibisi aktivutas simpatik perifer, hal ini yang terkadang menjadi penyebab timbulnya asystole. Pengobatan media yang dapat diberikan adalah anticonvulsant dan baclofen.

Penyakit Cerebrovaskular
Kelainan pada cerebrovaskular jarang menjadi penyebab tunggal dalam terjadinya sinkop. Namun, kelainan pada cerebrovascular ini menyebabkan penurunan ambang untuk terjadinya syncope. Arteri Vertebrobasilar, yang mensuplai struktur batang otak dan bertanggungjawab untuk mempertahankan kesadaran, umumnya terlibat dalam penyebab terjadinya sinkop karena kelainan cerebrovaskular. Kebanyakan pasien yang mengalami kepala ringan, atau sinkop karena kelainan serebrovascular juga memilki gejala lain dari iskemia neurologis, seperti tangan dan kaki menjadi lemah, diplopia, ataxia, disarthria, atau gangguan sensorik. Arteri bassiler jarang menyebabkan sinkop pada ornag dewasa.4,6

Penyebab neurologik dari sinkop termasuk migrain, kejang, malformasi Arnold-Chiari dan TIA (transient Ischemic Attack) yang ternyata cukup mengejutkan karena merupakan <10% sebagai penyebab sinkop secara keseluruhan. Kebanyakan individu yang mengalami sinkop akibat kelainan neurologik seringkali mengalami kejang daripada hanya episode sinkop saja. Kelainan neurologi yang terjadi sering kali mirip dengan sinkop yakitu terdapatnya gangguan atau hilangnya kesadaran seseorang. Keadaan ini termasuk iskemi serebral sementara, migrain, epilepsi lobul temporal, kejang atonik dan serangan kejang umum.3 Sinkop Perdarahan Cerebral Terjadinya perdarahan subarachnoid dapat menjadi sinyal terjadinya sinkop, yang sering diikuti dengan transient apnea. Oleh karena terjadi perdarahan arteri, terdapat peristiwa penghentian dari sirkulasi cerebral karena tekanan intrakranial dan tekanan darah saling mendekati satu sama lain. Permasalahan yang sering terkait adalah seorang pasien yang terjatuh tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, tersadar dengan sakit kepala, sering ditemukan memiliki hematom bifrontal dan perdarahan subarachnoid pada pemeriksaan CT.4 Sinkop Kardiak3,4,6 Kehilangan kesadaran karena jantung atau pembuluh kondisi darah yang mengganggu aliran darah ke otak. Kondisi ini mungkin mencakup irama jantung abnormal (aritmia), obstruksi aliran darah di jantung atau pembuluh darah, penyakit katup, stenosis aorta, bekuan darah, atau gagal jantung. Penyebab Sinkop Metabolik Penyebab metabolik pada sinkop sangat jarang, hanya berkisar 5% dari sleuruh episode sinkop. Gangguan metabolik yang seringkali menjadi penyebab sinkop tersebut adalah hipoglikemi, hipoksia dan hiperventilasi. Sinkop akibat hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang berhubungan dengan kadar gula darah dibawah 40mg/dL dan disertai gelaja tremor, bingung, hipersalivasi, keadaan hiperadrenergik dan rasa lapar. Hipoadrenalism yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi postural akibat sekresi kortisol yang tidak adekuat, merupakan penyebab penting episode sinkop yang dapat diobati.3 Sinkop Situasional4,6 Berbagai aktivitas termasuk batuk, mikturisi, dan defekasi dapat menyebabkan sinkop. Hal ini setidaknya disebabkan oleh kontol abnormal dari saraf autonom dan mungkin melibatkan respon cardioinhibitory dan respon vasodepressor. Batuk, mikturisi, defekasi yang berassosiasi dengan manuver dapat menyebabkan hipotensi dan sinkop dengan cara menurunkan venous return. Peningkatan tekanan intrakranial sekunder hingga peningkatan tekanan intratorakal dapat menyebabkan penurunan aliran darah cerebral. Sinkop karena batuk biasanya terjadi pada pria yang memiliki kronik bronchitis atau penyakit paru obstruktif. Sinkop karena mikturisi lebih banyak terjadi pada usia pertengahan dan orang yang lebih tua usianya, khususnya untuk mereka yang memiliki hipertrofi prostat dan obstruksi saluran kemih, biasnaya terjadi pada malam hari setelah melakukan pengosongan. Sinkop defekasi dapat terjadi secara sekunder akibat valsava manuver pada orang tua dengan konstipasi.

GANGGUAN KESADARAN

1. Patofisiologi gangguan kesadaran dan derajat kesadaran

Kesadaran merupakan keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls aferen dan eferen.

Gangguankesadaran, yaitu keadaan dimana tidak terdapat aksi dan reaksi, walaupun diransang secara kasar.

Tingkat kesadaran :

Ø Kompos mentis : sadar sepenuhnya baik terhadap dirinya maupun lingkungan. Pada kompos mentis ini aksi dan reaksi bersifat adekuat yang tepat dan sesuai.

Ø Apatis : keadaan pasien yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungan.

Ø Delirium : penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-meronta.

Ø Somnolen (letargi, obtundasi, hipersomnia) : mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi ransangan tapi saat ransangan dihentikan, pasien tertidur lagi. Pada somnolen jumlah jam tidur meningkat dan reaksi psikologis lambat.

Ø Soporous/stupor : keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan ransangan kuat tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberijawaban verbal yang baik. Pada soporous/stupor reflek kornea dan pupil baik, BAB dan BAK tidak terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.

Ø Semi koma : penurunan kesadaran yang tidak member respon terhadap ransangan verbal dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tapi reflek kornea dan pupil masih baik.

Ø Koma : penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap nyeri.

Derajat kesadaran yang paling rendah yaitu koma. Koma terbagi dalam :

Ø Koma supratentorial diensephalik : merupakan semua proses supratentorial yang mengakibatkan destruksi dan kompresi pada substansia retikularis diensefalon yang menimbulkan koma.

Koma supratentorial diensephalik dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :

- Proses desak ruang yang meninggikan tekanan dalam ruang intracranial supratentorial secara akut.

- Lesi yang menimbulkan sindrom ulkus.

- Lesi supratentorial yang menimbulkan sindrom kompresi rostrokaudal terhadap batang otak.

Ø Koma infratentorial diensefalik, disini terdapat 2 macam proses patologik yang menimbulkan koma :

- Proses patologik dalam batang otak yang merusak substansia retikularis.

- Proses diluar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia retikularis.

Koma infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesensefalon mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi baik. Hal ini terjadi akibat perdarahan. Dimana perdarahan di batang otak sering merusak tegmentum pontis dari pada mesensefalon.

Ø Koma bihemisferik difus : terjadi karena metabolism neural kedua belah hemsferium terganggu secara difus. Gejala yang ditimbulkannya yaitu dapat berupa hemiparesis, hemihiperestesia, kejang epileptic, afasia, disatria, dan ataksia, serta gangguan kualitas kesadaran.

Derajat kesadaran lainnya yaitu tidur. Tidur merupakan suatu derajat kesadaran yang berada dibawah keadaan awas-waspada dan merupakan fisiologik yang ditentukan oleh aktivitas bagian-bagian tertentu dari substansia retikularis. Tidur secara patologis yaitu keadaan tidur dan berbagai mecam keadaan yang menunjukkan daya bereaksi dibawah derajat awas-waspada, diantaranya letargi, mutismus akinetik, stupor, dan koma.

Gangguan tidur terdiri atas hipersomnia dan insomnia :

a. Hipersomnia (kebanyakan tidur) merupakan gejala keadaan patologik yang dibedakan dalam :

- Hipersomnia karena proses patologik diotak, seperti ensefalitis dan tumor serebri.

- Hipersomnia karena proses patologik sistemik, seperti hiperglikemia atau uremia.

b. Insomnia (tidak bisa tidur) merupakan gejala sekunder beberapa jenis psikoneurosis yang dapat timbul sebagai :

- Insomnia primer, yaitu penderita tidur tapi tidak merasa tidur.

- Insomnia sekunder akibat psikoneurosis yang umumnya punya banyak keluhan non organic, sakit kepala, perut kembung, badan pegal, dll.

- Insomnia sekunder akibat penyakit organic, yaitu penderita tidak bisa tidur karena saat tertidur, ia diganggu oleh penderitaan organic. Misalnya seperti penderita diabetes mellitus yang sering terbangun karena sering kencing, atau penderita ulkus duodeni yang sering terbangun karena mules dan lapar pada tengah malam, atau penderita arthritis reumatika yang mudah terbangun oleh nyeri yang timbul pada setiap perubahan sikap badan.

Selain dari gangguan tidur diatas, ada juga gangguan tidur fungsional, yaitu diantaranya :

Ø Somnambulisme, yaitu berjalan dalam keadaan tidur.

Ø Sleep automatism, yaitu berjalan sambil melakukan suatu perbuatan yang bertujuan dalam keadaan tidur. Misalnya membereskan koper seperti orang yang ingin bepergian tapi dalam keadaan tidur.

Ø Kekau, yaitu berbicara dalam keadaan tidur yang biasanya terkait dengan mimpi.

Ø Kejang nokturnus atau mioklonus nokturnus, yaitu saat tidur, ia terbangun kembali karena anggota geraknya berkejang sejenak.

Ø Paralisis nokturnus, yaitu perasaan lumpuh seluruh tubuh yang dialami sebagai kenyataan dan menghilang serentak saat mata dapat dibuka.

2. Etiologi, pathogenesis, gambaran klinis, dan terapi radang susunan saraf pusat

Radang pada SSP umumnya terjadi akibat radang pada tempat lain.

Radang Selaput Otak (meningitis)

Meningitis bakterial

Yaitu infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) yang disertai radang piamater dan arachnoid, ruang subarachnoid, jaringan superficial otak, dan medulla spinalis.

Factor resiko :

Ø infeksi sistemik ataupun fokal, contohnya septicemia dan TB paru.

Ø Trauma dan tindakan tertentu, contohnya fraktur basis crania.

Ø Penyakit darah

Ø Penyakit hati

Ø Pemakaian bahan-bahan yang menghambat pembentukan antibody (antibody respons)

Ø Kelainan yang berhubungan dengan imunosupresion, contohnya diabetes mellitus

Ø Gangguan atau kelainan obstetric dan ginekologik

Patofisiologi :

Ø Kuman masuk ke SSP secara :

- Hematogen atau langsung menyebar dari kelainan dinasofaring, paru, dan jantung

- Perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan didekat selaput otak.

Ø Kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, dan stertokok) à masuk keruang subarachnoid (timbul reaksi radang pada piamater dan arachnoid, CSS, dan system ventrikulus ) à pembuluh darah meningeal kecil dan sedang sehingga mengalami hiperemesis à sel leukosit polimorfonuklear menyebar keruang subarachnoid à eksudat (bagian dalam terdapat makrofag dan bagian luar terdapat leukosit PMN dan fibrin) à bentuk limfosit dan leukosit à bentuk sel-sel plasma (2 minggu kemudian).

Ø Selainpada arteri, radang juga bisa terjadi pada vena dikorteks yang bisa menyebabkan thrombosis, infark otak, edema otak, dan degenerasi neuron sehingga menimbulkan ensefalitis superficial.

Ø Thrombosis dan organisasi eksudat perineural yang fibrio-purulen menyebabkan kelainan nervi kranialis (Nn III,IV, VI, VII dan VIII)

Ø Organisasi dari ruang subarachnoid menghambat aliran dan absorpsi CSS menyebabkan hidrosefalus komunikans.

Gambaran Klinik

Pada neonatus :

Ø Panas tinggi, mual muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan menurun, minum sangat kurang, konstipasi dan diare.

Ø Biasanya disertai septicemia dan pneumonitis

Ø Gangguan kesadaran (apati, letargi, renjatan, dan koma)

Ø Koagulasi intravaskularis diseminata

Ø Tanda iritasi meningeal belum timbul

Pada anak dan orang dewasa :

Ø Panas, nyeri kepala yang hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung

Ø Gangguan saluran pernapasan bagian atas

Ø Kaku kuduk, opistotonus, bisa terjadi renjatan, hipotensi, dan takikardi

Ø Gangguan kesadaran (letargi)

Ø Fotopobia dan hiperestesi ( menyertai peningkatan tekanan intracranial )

Diagnosis :

Diagnosis pastinya yaitu pungsi lumbal dengan :

Ø Indikasi : bisa terjadi iritasi meningeal yang berlangsung beberapa hari (terutama) atau dengan gejala meningitis, panas yang tidak diketahui sebabnya.

Ø Kontraindikasi : bisa menimbulkan abses otak

Ø Walaupun merupakan factor resiko meningitis, tapi mutlak dilakukan.

Ø Kalau ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial, lakukan pungsi lumbal melalui sisterna magna, gunanya untuk menghindari terjadinya dekompresi dibawah foramen magnum dan herniasi tosilar.

Ø Kalau tekanan permulaan CSS diatas 200 mmH2O, beri manitol 0.25-0.5 mg/Kg BB secara bolus segera setelah pungsi lumbal, gunanya untuk menghindari herniasi otak.

Ø CSS diambil secukupnya. Umumnya tekanan CSS 200-500 mmH2O tampak kabur, keruh, atau purulen.

Imunodiagnostik :

Ø Counter immunoelectrophoresis dari CSS : menentukan antigen kuman dalam CSS

Ø Pemeriksaan urin : kalau pemeriksaan CSS dan darah negative

Ø Aglutinasi lateks (antibody-coated latex particles atau organism stafilokokok A) : menentukan antigen polisakarida.

Ø Pemeriksaan enzim CSS (enzyme linked immunoassay)

Ø Pemeriksaan lain : reaksi quelung, pengecatan bakteri dengan immunofluoresens dan test darah dengan nitroblue tetrazolium.

Ø Pneumo-angiografi : bisa terjadi penyempitan arteri, penyumbatan aliran retrogad atau aliran darah menjadi sangat pelan.

Ø Foto polos tengkorak : menentukan fraktur dan infeksi disinus-sinus paranasales

Ø Foto dada : menentukan adanya pneumonia, abses paru, proses spesifik, dan massa otak.

Ø Pemeriksaan EEG : bisa dilihat gelombang lambat yang difus dikedua hemisfer, penurunan voltase karena efusi subdural, atau aktifitas delta fokal (kalau bersamaan dengan abses otak)

Ø CT-Scan dan MRI : edema otak, ventrikulitis, hidrosefalus, dan massa tumor.

Ø Pemeriksaan lain :

- Tes tuberculin

- Pemeriksaan elektrolit

- Pemeriksaan darah tepi (hitung jumlah leukosit dan hitung jenis sel)

Diagnosis banding :

Ø Meningismus

Ø Penyakit behcet

Ø Meningitis limfositik

Ø Infeksi lain (seperti ensefalitis dan infeksi virus)

Penyulit :

Ø Ventrikulitis

Ø Efusi subdural

Ø Gangguan elektrolit

Ø Meningitis rekurens

Ø Gejala-gejala sisa epilepsy, gangguan nervi cranialis, kelainan otak fokal, dan hidrosefalus.

Tatalaksana

Perawatan umum :

Ø Istirahat mutlak

Ø Untuk infeksi yang cukup berat, pasien harus dirawat diruang isolasi

Ø Perhatikan fungsi resperasi, kalau terjadi respiratory distress, pasang pipa endotrakeal atau trakeostomi.

Ø Pantau pemberian cairan parenteral

Ø Perbaiki dehidrasi, dimana pada orang dewasa normalnya membutuhkan ± 3000 ml cairan sehari

Ø Segera atasi hiponatremia dan hipokalemia

Ø Perhatikan kemungkinan kejang, hiperpireksia, edema otak, flebitis, dekubitus, dan kekurangan gizi.

Pemberian antibiotic :

Ø Sesuai dengan bakteri dan dalam dosis tinggi :

- Infeksi pneumokokok, streptokokok, dan meningokok beri penisilin G dengan dosis 1-2 juta unit tiap 2 jam.

- Infeksi hemofilus ber kloramfenikol 4 x 1 gr/24 jam, atau ampisilin 4 x 3 gr/24 jam intravena.

- Infeksi meningokok beri sulfadiazine 12 x 500 mg dalam 24 jam selama ± 10 hari.

- Beri gentamisin untuk E.coli, klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram negative. Yaitu pada bayi premature beri 5mg/KgBB/hari yang dibagi dalam 2 dosis, pada neonates beri 7.5mg/KgBB/hari dalam 3x pemberian, serta pada bayi, anak dan dewasa beri 5mg/KgBB/hari dalam 3x pemberian.

Ø Selama menunggu hasil biakan, berikan antibiotic spectrum luas selama 10-14 hari sekurang-kurangnya 7 hari. Setelah demam bebas berikan secara parenteral.

Prognosis

Tergantung pada jenis kuman, hebatnya penyakit pada permulaan, umur, lama gejala / sakit sebelum dirawat, kecepatan yang ditegakkan berdasarkan diagnosis, antibiotic yang diberikan, serta kondisi patologik yang menyertai meningitis.

Meningitis tuberkulosa

Yaitu radang selaput otak akibat komplikasi tuberculosis primer. Secara histologik pada meningo-ensefalitis (tuberkulosa) terjadi invasi keselaput otak dan jaringan susunan saraf pusat.

Pada meningitis tuberkolosa, perjalanan penyakitnya lebih lama dan perubahan / kelainan dalam CSS tidak begitu hebat.

Klasifikasi : (umumnya terdapat lebih dari 1 jenis pada 1 penderita)

a. Tuberculosis miliaris yang menyebar :

- secara hematogen

- peradangan difus dalam ruang sub arachnoid

- tuberkel-tuberkel yang terdapat pada dinding pembuluh darah kecil di hemisfer otak bagian cekung dan dasar otak.

b. Bercak-bercak pengijuan fokal

- Tedapat bercak-bercak pada sulkus dan terdiri dari pengijuan yang dikelilingi oleh sel-sel raksasa dan epitel.

c. Peradangan akut meningitis pengijuan

- Paling sering dijumpai (78 %)

- Invasi local pada selaput otak, sehingga terbentuk tuberkel-tuberkel baru pada selaput otak dan jaringan otak

d. Meningitis proliferative

- Terjadi perubahan proliferative pada pembuluh-pembuluh darah selaput otak yang mengalami peradangan berupa endarteritis dan panarteritis sehingga bisa menimbulkan infark otak.

Etiologi

Sering disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa jenis hominis, jarang pada jenis bovinum atau aves

Factor resiko :

Ø Penduduk dengan sosio-ekonomi rendah

Ø Kurang gizi

Ø Higien buruk

Ø Factor suku / ras

Ø Kurang / tidak mendapat fasilitas imunisasi

Ø Paling sering terjadi pada usia dibawah 2 tahun (9-15 bulan)

Patofiologi :

Ø Focus biasanya diparu, selain itu bisa juga pada kelenjar getah bening, tulang, sinus nasals, gastrointestinal, ginjal, dll.

Ø Meningitis tuberkulosa juga merupakan komplikasi penyebaran TB paru

Ø Terjadi melalui pembentukan tuberkel-tuberkel kecil (beberapa mm – 1 cm), berwarna putih.

Ø Terdapat pada permukaan otak, selaput otak, sum-sum tulang belakang, dan tulang tuberkel kemudian melunak, pecah, dan masuk kedalam ruang sub arachnoid dan ventrikulus sehingga terjadi peradangan difus.

Ø Secara mikroskopik terdapat pengijuan sentral dan dikelilingi oleh sel-sel raksasa, limfosit, sel-sel plasma dan dibungkus oleh jaringan ikat sebagai penutup / kapsul.

Ø Peradangan bisa juga perkontinuitatum

Ø Akibat dari reaksi radang terdapat eksudat kental, serofibrinosa dan gelatin oleh kuman-kuman dan toxin yang mengandung sel mononuclear, limfosit, sel plasma, makrofag, sel raksasa dan fibroblast. Eksudat terutama terkumpul didasar tengkorak, juga menyebar melalui pembuluh-pembuluh darah piamater dan menyerang jaringan otak. Dibawahnya, eksudat juga dapat menyumbat aquaduktus sylvii, foramen magendi, foramen luschka dengan akibat terjadinya hidrosefalus, edema pupil, dan peningkatan tekanan intracranial.selain itu, kelainan juga terjadi pada pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dalam ruang sub arachnoid (berupa kongesti, peradangan, dan penyumbatan) akibat dari arthritis, flebitis, dan infark otak.

Gambaran klinik :

Ø Stadium 1 :

- Stadium podromal ± 2 minggu – 3 bulan.

- Sub akut, sering tanpa panas / hanya kenaikan suhu ringan, hanya dengan tanda-tanda infeksi umum, muntah-muntah, tidak nafsu makan, murung, berat badan menurun, tidak ada gairah, muda tersinggung, cengeng, tidur terganggu dan apatis yang sering terjadi pada anak kecil.

- Pada anak yang lebih besar, dapat terjadi nyeri kepala, tidak nafsu makan, obstipasi, muntah-muntah, dan pola tidur terganggu.

- Pada orang dewasa, dapat terjadi panas hilang-timbul, nyeri kepala, konstipasi, tidak nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, delusi, dan sangat gelisah.

Ø Stadium 2 :

- Gejala lebih berat yaitu terjadi kejang umum / fokal terutama pada anak kecil dan bayi

- Tanda-tanda ransangan meningeal lebih nyata, seluruh tubuh jadi kaku dan timbul opistotonus, dimana terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial, ubun-ubun menonjol, dan muntah lebih hebat.

- Nyeri kepala tambah hebat sampai anak berteriak dan menangis (nada khas) / meningeal cry.

- Kesadaran makin turun

- Ada gangguan N. kranialis (N II, III, IV, VI, VII, dan VIII)

- Bisa terjadi hemiparesis dan hemiplegia karena infark otak dan rigiditas deserebrasi

- Pada funduskopi, terjadi atrofi N. II dan khoroid tuberkel (kelainan pada retina yang tampak seperti busa berwarna kuning dan ukurannya sekitar ½ diameter papil)

Ø Stadium 3 :

- Suhu tidak teratur dan semakin tinggi

- Nadi terganggu, pernapasan terganggu (nafas kusmaul / cheyne-strokes)

- Gangguan miksi (retensi atau inkontinensia urin)

- Kesadaran makin menurun sampai koma yang dalam

- Pasien bisa meninggal dalam waktu 3 minggu

Diagnosis

a. Anamnesis : riwayat kontak dengan penderita, keadaan sosio-ekonomi, imunisasi, dll.

b. Gejala khas : tekanan intracranial meningkat, muntah hebat, nyeri kepala progresif, dan pada bayi, fontanella menonjol.

c. Pungsi lumbal :

Ø Jernih, kadang-kadang sedikit keruh / ground glass appearance.

Ø Kalau cairan serebrospinal didiamkan, akan terjadi pengendapan fibrin yang halus (seperti sarang laba-laba), bisa diperiksa untuk biakan / kultur menurut pengecatan Zehl-Nielsen atau Tan Thiam Hok, jumlah sel 10-500 /ml yang kebanyakan limfosit dengan kadar gula menurun, yaitu 20-40 mg% dan kadar klorida dibawah 600 mg%)

Diagnosis banding

Pada stadium prodromal sulit dibedakan dengan penyakit infeksi sistemik yang disertai peningkatan suhu.

Tatalaksana

perawatan umum :

Ø Harus intensif di rumah sakit

Ø Perhatikan kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan gizi pada umumnya, posisi penderita, perawatan kandung kemih dan defekasi, serta perawatan lainnya sesuai kondisi

Ø Waspadai hiperpireksia, gelisah, kejang, nyeri, dan kerewelan lainnya.

Pengobatan : dengan tuberkulostatika, kortikosteroid, tuberculin intratekal, dan enzim proteolitik.

Prognosis :

Ø Kalau tidak diobati, pasien bisa meninggal dalam waktu 6-8 minggu

Ø Anak dibawah 3 tahun dan dewasa diatas 40 tahun, prognosisnya jelek

Ø Prognosis ditentukan oleh umur, kapan pengobatan dimulai dan pada stadium berapa.

Tuberkulostatika

Diberikan secara kombinasi, tripel drug yaitu kombinasi antara INH dengan 2 jenis lainnya.

a. Isonlazida (INH)

- Dosis anak : 10-20 mg/KgBB/hari

- Dosis dewasa : 400 mg/hari

- INH dapat menyebabkan polyneuritis, neuropati, maupun gejala-gajala psikis

b. Streptomisin

- Intramuscular ± 3 bulan tidak boleh terlalu lama

- Dosis : 30-50 mg/KgBB/hari

- Bersifat autotoksik (bila perlu lakukan pemeriksaan audiogram)

- Bisa mengganggu SST dan bersifat nefrotoksik

- Bila perlu bisa diteruskan 2x seminggu selama 2-3 bulan sampai CSS normal, sementara itu obat lain bisa diteruskan sampai ± 2 tahun.

c. Rimfamisin

- Dosis : 10-20 mg/KgBB/hari, dewasa : 600 mg/hari dosis tunggal

- Pada anak < style="">

d. PAS / Para-Amina-Salicylic Acid

- Dosis : 200 mg/KgBB/hari dalam 3 dosis yang bisa diberikan sampai 12 gr/ hari.

- Menyebabkan nafsu makan terganggu, demam, mual, muntah, diare, dan arthritis.

e. Etambutol

- Dosis 25 mg/KgBB/hari sampai 1500 mg/hari ± 2 bulan

- Menyebabkan neuritis optika yang bersifat hepatotoksik dan dapat menimbulkan polineuropati dan kejang.

Kortikosteroid

a. Prednisone

- Dosis : 2-3 mg/KgBB/hari (dosis normal : 20 mg/hari dibagi dalam 3 dosis) selama 2-4 minggu, lalu diteruskan dengan dosis 1 mg/KgBB/hari selama 1-2 minggu.

b. Deksametason

- Intravena

- Dosis : 10 mg tiap 4-6 jam

- Terutama kalau ada udem otak

- Kalau keadaan membaik, diturunkan secara bertahap sampai 4 minggu tiap 6 jam secara intravena

Pemberian kortikosteroid seluruhnya ± 3 bulan

Pemberian secara parenteral untuk mengurangi eksudat dibagian basal, mencegah nekrosis perlengketan, dan menghalangi spinal block

Bahaya kortikosteroid, yaitu super infeksi bisa menutupi penyakitnya (masking effect)

Tuberculin intratekal

Gunanya untuk mengaktivasi enzim lisosomal yang menghancurkan eksudat dibagian dasar otak.

Enzim proteolitik

- Contohnya streptokinase

- Diberikan secara intratekal untuk menghalangi adesi

- Kalau diberikan cepat dan tepat, akan berhasil setelah 7-10 hari yang ditandai dengan hilangnya nyeri kepala dan gangguan mental.

Rabies

è Disebut juga hydrophobia, lyssa, dan rage

è Merupakan suatu infeksi virus akut pada SSP yang disebabkan oleh virus rabies ; suatu virus RNA

è Virus rabies terdapat dalam air liur binatang yang telah terinfeksi melalui gigitan, goresan, dan garukan yang masuk kedalam tubuh manusia. Jadi, kasus rabies terjadi sebagai akibat dari inokulasi virus melalui kulit yang telah terbuka. Hewan yang sering mengalami adalah anjing, rubah, serigala, kucing, kalong, dan kera. Tetapi ada juga kasus rabies tanpa gigitan binatang, hanya dengan meghirup udara yang mengandung rabies, seperti di gua-gua, dimana terdapat banyak kalong yang menderita rabies, ataupun dilaboratorium karena kurang hati-hati.

Patofisiologi :

Waktu inkubasi rabies adalah antara 10 hari sampai 1 tahun/lebih. Umumnya berkisar antara 1-3 bulan, dalam hal tertentu bisa lebih cepat yaitu 10-21 hari terutama bila terdapat banyak gigitan dalam atau gigitan pada wajah. Gigitan pada lengan atas lebih berbahaya daripada lengan bawah dan tungkai bawah, apalagi bila gigitan terdapat pada wajah, karena lebih dekat dengan medulla oblongata dan banyak mengandung serat-serat saraf halus dan kecil.

Waktu inkubasi, selain bergantung pada tempat inokulasi juga bergantung pada daya tahan tubuh penderita dan virulensi virus rabies. Virus rabies sudah dapat diisolasi pada hari ke-4 setelah gigitan. Selain inokulasi, virus rabies masuk kedalam sel-sel otot, kemudian menyebar ke SSP melalui transportasi aksonal dari saraf-saraf sensorik dan motorik dan menimbulkan ensefalomielitis.

Proses radang dapat terjadi diseluruh system saraf pusat, terutama di radiks dorsalis ganglion jugularis, ganglion gasseri, dan nucleus dentatus, medulla oblongata bagian bawah, hipotalamus dan nucleus tuberalis.

Gambaran klinik

è Stadium permulaan : 2-4 hari, kadang lebih lama, nyeri, parastesi pada tempat gigitan atau garukan, demam, nyeri kepala, malaise, suara serak, anoreksia, perasaan takut yang kemudian jadi depresif.

è Stadium gelisah : suhu badan meningkat, leukositosis, LED meningkat.

Stadium ini sangat dikenal dengan general over action, sangat peka terhadap ransangan sensorik dengan aktivitas saraf autonom yang berlebihan, letih, fotofobia, hiperakusis, tonus otot meningkat, hipersalivasi, dilatasi pupil.

Gejala psikiatrik yang timbul : sangat gelisah, terus bergerak, mau lari, mamukul orang, berteriak, sangat agresif, curiga terhadap segala sesuatu didekatnya dan sekan-akan dikejar hantu.

è Stadium paralisis : penderita koma, kejang berhenti, otot-otot lumpuh secara progresif, akhirnya terjadi paralisis otot-otot pernapasan dan penderita meninggal dunia.

Diagnosis :

è Anamesis tentang kapan digigit, lokasi gigitan dan oleh binatang apa. Dengan ini dapat diambil tinadakn untuk mencegah timbulnya rabies.

è Pemeriksaan laboratorium : meliputi profil CSS, biopsy kulit dan otak, antibody rabies dalam serum, isolasi virus dalam saliva, kerongkongan dan CSS. CSS berwarna jernih, jumlah sel tidak menentu berkisar antara 5-500 /ml, protein kadarnya meningkat, kadar glukosa dan klorida normal.

Penatalaksanaan :

è Preventif : apabila seseorang digigit anjing / binatang yang disangka rabies, maka binatang harus diobservasi. Diberi makan dan minum seperti biasa selama ±10 hari dan binatang tersebut diikat. Bila tidak ada apa-apa, berarti orang tersebut tidak perlu divaksinasi. Tapi bila menunjukkan tanda-tanda rabies, maka orang tersebut harus divaksinasi dan anjingnya dibunuh, serta otaknya diperiksa dilaboratorium dinas kehewanan.

è Kuratif : luka, gigitan/garukan anjing/binatang menderita rabies dibersihkandengan air sabun dan disinfektan (as nitrat/larutan benzolkonium klorida 2% atau benzilamonium klorida/zephiran) : bahan-bahan tersebut dapat menghentikan aktivitas virus.

Penderita dengan infeksi rabies, segera diberi pengobatan serum anti rabies. Selama perawatan perhatikan kebutuhan cairan dan elektrolit, jumlah kalori harus cukup, termasuk vitamin. Kejang harus ditanggulangi, pada kelainan pernapasan harus diberi oksigen dan bantuan pernapasan, sebaiknya penderita dirawat diruang perawatan intensif.

3. Etiologi, pathogenesis, gambaran klinis, dan terapi trauma susunan saraf pusat

“Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi dibawah umur 45 tahun dan merupakan penyebab kematian no. 4 pada seluruh populasi. Lebih dari 50% kematian disebabkan oleh cidera kepala. Kecelakaan kendaraan bermotor menrupakan penyebab cedera kepala pada lebih dari 2 juta orang setiap tahunnya, 75.000 orang meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanent”. Trauma capitis adalah gangguan traumatic yang menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan otak.

Tipe-Tipe Trauma :

1. Trauma Kepala Terbuka: Faktur linear daerah temporal menyebabkan pendarahan epidural, Faktur Fosa anterior dan hidung dan hematom faktur lonsitudinal. Menyebabkan kerusakan meatus auditorius internal dan eustachius.

2. Trauma Kepala Tertutup

· Comosio Cerebri, yaitu trauma Kapitis ringan, pingsan + 10 menit, pusing dapat menyebabkan kerusakan struktur otak.

· Contusio / memar, yaitu pendarahan kecil di jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler dapat menyebabkan edema otak dan peningkatan TIK.

· Pendarahan Intrakranial, dapat menyebabkan penurunan kesadaran, Hematoma yang berkembang dalam kubah tengkorak akibat dari cedera otak. Hematoma disebut sebagai epidural, Subdural, atau Intra serebral tergantung pada lokasinya.

Ada berbagai klasifikasi yang di pakai dalam penentuan derajat kepala.

The Traumatic Coma Data Bank mendefinisikan berdasarkan skor Skala Koma Glasgow:

1. Cidera kepala ringan/minor (kelompok resiko rendah)

* Skor skala koma Glasglow 15 (sadar penuh,atentif,dan orientatif)

* Tidak ada kehilangan kesadaran(misalnya konkusi)

* Tidak ada intoksikasi alkohaolatau obat terlarang

* Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing

* Pasien dapat menderita abrasi,laserasi,atau hematoma kulit kepala

* Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.

2. Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)

* Skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi atau stupor)

* Konkusi

* Amnesia pasca trauma

* Muntah

*Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle,mata rabun,hemotimpanum,otorhea atau rinorhea cairan serebrospinal).

3. Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)

* Skor skala koma glasglow 3-8 (koma)

* Penurunan derajat kesadaran secara progresif

* Tanda neurologis fokal

* Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresikranium.

Klasifikasi cidera kepala berdasarakan mekanisme, keparahan dan morfologi cidera :

mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter:

ü Trauma tumpul : Kecepatan tinggi(tabrakan mobil).

: Kecepatan rendah(terjatuh,di pukul).

ü Trauma tembus (luka tembus peluru dan cidera tembus lainnya.

Keparahan cidera

ü Ringan : Skala koma glasgow(GCS) 14-15.

ü Sedang : GCS 9-13.

ü Berat : GCS 3-8.

Morfologi :

Fraktur tengkorak : kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup.Basis:dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII.

Lesi intrakranial : Fokal: epidural, subdural, intraserebral. Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cidera difus.

Jenis-jenis cidera kepala

1. Cidera kulit kepala. Cidera pada bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala berdarah bila cidera dalam. Luka kulit kepala maupun tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi atau avulsi.

2. Fraktur tengkorak. Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak di sebabkan oleh trauma. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka dan tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup keadaan dura tidak rusak.

Cidera Otak. Cidera otak serius dapat tejadi dengan atau tanpa fraktur tengkorak, setelah pukulan atau cidera pada kepala yang menimbulkan kontusio, laserasi dan hemoragi otak. Kerusakan tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang mengalir berhenti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.

Komosio. Komosio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit. Komosio dipertimbangkan sebagai cidera kepala minor dan dianggap tanpa sekuele yang berarti. Pada pasien dengan komosio sering ada gangguan dan kadang efek residu dengan mencakup kurang perhatian, kesulitan memori dan gangguan dalam kebiasaan kerja.

Kontusio. Kontusio serebral merupakan didera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah haemoragi. Pasien tidak sadarkan dari, pasien terbaring dan kehilangan gerakkan, denyut nadi lemah, pernafsan dangkal, kulit dingin dan pucat, sering defekasi dan berkemih tanpa di sadari.

Haemoragi intrakranial. Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam kubah kranial adalah akibat paling serius dari cidera kepala, efek utama adalah seringkali lambat sampai hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan herniasi otak serta peningkatan TIK.

Hematoma epidural (hamatoma ekstradural atau haemoragi). Setelah cidera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) diantara tengkorak dan dura. Keadaan ini karena fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal tengah putus /rusak (laserasi), dimana arteri ini berada di dura dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal; haemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada otak.

Hematoma sub dural. Hematoma sub dural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar, suatu ruang yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma sub dural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik. Tergantung ukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma sub dural akut d hubungkan dengan cidera kepala mayor yang meliputi kontusio dan laserasi. Sedangkan Hematoma sub dural sub akut adalah sekuele kontusio sedikit berat dan di curigai pada pasien gangguan gagal meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala. Dan Hematoma sub dural kronik dapat terjadi karena cidera kepala minor dan terjadi paling sering pada lansia.

Haemoragi intraserebral dan hematoma. Hemoragi intraserebral adalah perdaraan ke dalam substansi otak. Haemoragi ini biasanya terjadi pada cidera kepala dimana tekanan mendesak ke kepala sampai daerah kecil (cidera peluru atau luka tembak; cidera kumpil).

Etiologi

Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :

1. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.

2. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada otak.

Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :

· Lokasi

· Kekuatan

· Fraktur infeksi/ kompresi

· Rotasi

· Delarasi dan deselarasi

Mekanisme cedera kepala :

a. Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.

b. Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.

c. Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagan tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama :

a. Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus.

b. Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir kompleks

c. Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas

Gambaran klinis secara umum pada trauma kapitis :

* Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran.

* Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal.

* Respon pupil mungkn lenyap.

* Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan peningkatan TIK.

* Dapat timbul mual-muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial.

* Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.

Pemeriksaan Dianostik:

1. CT –Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel pergeseran cairan otak.

MRI : sama dengan CT –Scan dengan atau tanpa kontraks.

2. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.

3. EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.

4. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).

5. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak..

6. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak.

7. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.

8. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam peningkatan TIK.

9. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.

10. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran.

11. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

Komplikasi

· Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.

· Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).

· Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.

Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak. Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala.

Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :

· Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi.

· Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma.

· Berikan oksigenasi.

· Awasi tekanan darah

· Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neuregenik.

· Atasi shock

· Awasi kemungkinan munculnya kejang.

Penatalaksanaan lainnya:

a) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.

b) Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.

c) Pemberian analgetika

d) Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.

e) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).

f) Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak.

g) Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea N.

Tindakan terhadap peningkatan TIK :

1. Pemantauan TIK dengan ketat.

2. Oksigenisasi adekuat.

3. Pemberian manitol.

4. Penggunaan steroid.

5. Peningkatan kepala tempat tidur.

6. Bedah neuro.

Tindakan pendukung lain

1. dukungan ventilasi.

2. Pencegahan kejang.

3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.

4. Terapi anti konvulsan.

5. Klorpromazin untuk menenangkan pasien.

6. Pemasangan selang nasogastrik.

4. Peranan rehabilitasi pada pasien gangguan vascular

Beberapa kondisi yang terjadi pada stroke

1. Kelemahan, kelumpuhan atau paralysis pada satu bagian tubuh.

2. Ganggaun berbicara

3. Pergerakan yang kaku atau gangguan keseimbangan tubuh.

4. Tidak mengetahui apa yang terjadi pada satu sisi tubuhnya.

5. Gangguan menelan.

6. Mengalami masalah dalam buang air kecil (sistem perkemihan) dan buang air besar

7. Perubahan dalam penglihatan atau penglihatan buruk.

8. Mati rasa

9. Gangguan dalam melakukan perawatan diri sendiri

Rehabilitasi stroke merupakan bagian yang sangat penting dari upaya pemulihan pada penderita pasca stroke. Rehabilitasi stroke dapat membantu penderita pasca stroke dalam banyak hal yaitu membangun kekuatan, koordinasi, daya tahan atau ketahanan dan rasa percaya diri. Pada rehabilitasi stroke penderita akan mempelajari beberapa hal seperti cara bergerak, berbicara, berpikir dan bagaimana melakukan perawatan diri sendiri.

Tujuan dari rehabilitasi stroke adalah untuk membantu penderita dalam mempelajari bagaiamana melakukan hal-hal yang biasanya dikerjakan sebelum mengalami stroke.

Dokter yang akan menentukan apakah anda perlu melakukan rehabilitasi pasca stroke ataukah tidak. Dan jika memang perlu dilakukan upaya rehabilitasi stroke, dokter juga akan menentukan jenis rehabilitsi apa yang terbaik buat penderita dan kebanyakan penderita pasca stroke mendapatkan yang lebih baik. Seberapa cepat dan banyak perubahan ke arah perbaikan tergantung pada seberapa parah stroke yang terjadi.

Rehabilitasi stroke dimulai tepat setelah serangan stroke berakhir dan keadaan atau kondisi tubuh sudah stabil. Peningkatan-peningkatan yang terjadi bersamaan dengan terjadinya penyembuhan pada otak.

Penderita perlu berhati-hati karena jika sudah pernah mengalami stroke maka penderita mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk kembali timbul stroke lainnya khususnya pada tahun-tahun pertama setelah terjadinya stroke yang pertama.

Penderita pasca stroke mempunyai resiko tinggi terjadinya stroke lain (stroke kedua) jika penderita mempunyai kebiasaan merokok, peminum alkohol, tekanan darah tinggi (hipertensi), Kolesterol tinggi, diabetes atau kencing manis dan obesitas atau kelebihan berat badan (overweight).

Faktor-faktor resiko berikut juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya stroke lanjutan seperti gagal jantung, transient ischemic attack (TIA).

5. Promosi dan prevensi pada kasus dengan gangguan vascular

Mengatasi agar tidak timbul stroke ulangan :

1. Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter sehingga dokter dan penderita dapat bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kesehatan penderita.
2. Jika penderita perokok, menghentikan kebiasaan merokok akan sangat membantu.
3. Kurangi jumpah konsumsi alkohol.
4. Kontrol tekanan darah tinggi agar tetap dalam batas atau mendekati normal
5. Kontrol Kolesterol agar tetap dalam batas atau mendekati normal
6. Jika penderita diabetes, kontrol dan kendalikan kadar gula darah agar tetap dalam batas atau mendekati normal.
7. Lakukan aktifitas olah raga secara teratur 4-6 kali seminggu selama 30-60 menit.